Informasi Harga 9 Bahan
Pokok di wilayah NTT [
LIHAT ]
-----------------------------------
.
.
BANNER MITRA
TABLOID
TOURISM, EXBIS,
EDUCATION
.
.
FOTO
.
New Page 1
BUDAYA ROTE
Kabupaten
Rote Ndao adalah salah satu pulau paling selatan dalam jajaran
kepulauan Nusantara Indonesia. Pulau-pulau kecil yang mengelilingi
pulau Rote antara lain Pulau Ndao,Ndana, Naso, Usu, Manuk, Doo,
Helina, Landu.
Konon menurut lagenda seorang Portugis diabad ke 15 mendaratkan
perahunya , dan bertanya kepada seorang nelayan setempat apa nama
pulau ini, sang nelayan menyebut namanya sendiri, Rote. Sang pelaut
Portugis mengira nama pulau itu yang dimaksudkan.
Sebagian besar penduduk yang mendiami pulau/kabupaten Rote Ndao
menurut tradisi tertua adalah suku-suku kecil Rote Nes, Bara Nes, Keo
Nes, Pilo Nes, dan Fole Nes. Suku-suku tersebut mendiami wilayah
kestuan adat yang disebut Nusak.
Semua Nusak yang ada dipulau Rote Ndao tersebut kemudian disatukan
dalam wilayah kecamatan.
Masyarakat Rote Ndao mengenal suatu lagenda yang menuturkan bahwa awal
mula orang Rote datang dari Utara, dari atas, lain do ata, yang konon
kini Ceylon. Kedatangan mereka menggunakan perahu lete-lete.
Strata sosial terdapat pada setiap leo. Lapisan paling atas yaitu mane
leo (leo mane). Yang menjadi pemimpin suatu klein didampingi leo fetor
(wakil raja) yang merupakan jabatan kehormatan untuk keluarga istri
mane leo. Fungsi mane leo untuk urusan yang sifatnya spiritual,
sedangkan fetor untuk urusan duniawi.
Filosofi kehidupan orang Rote yakni mao tua do lefe bafi yang artinya
kehidupan dapat bersumber cukup dari mengiris tuak dan memelihara
babi. Dan memang secara tradisonal orang-orang Rote memulai
perkampungan melalui pengelompokan keluarga dari pekerjaan mengiris
tuak. Dengan demikian pada mulanya ketika ada sekelompok tanaman
lontar yang berada pada suatu kawasan tertentu, maka tempat itu
jugalah menjadi pusat pemukiman pertama orang-orang Rote.
Secara tradisional pekerjaan menyadap nira lontar tugas kaum dewasa
samapi tua. Tetapi perkerjaan itu hanya sampai diatas pohon, setelah
nira sampai ke bawah seluruh pekerjaan dibebankan kepada wanita. Kaum
pria bangun pagi hari kira-kira jam 03.30, suatu suasana yang dalam
bahasa Rote diungkap sebagai; Fua Fanu Tapa Deik Malelo afe take tuk
(bangun hampir siang dan berdiri tegak,sadar dan cepat duduk).
BUDAYA SABU
Sabu atau
Sawu merupakan sebuah pulau dalam wilayah Kabupaten Kupang, terletak
di keliling lautan Indonesia dan Laut Sawu. Luas wilayah pulau Sabu
460,87 km.
Iklim pulau umumnya ditandai dengan musim kemarau yang panjang yakni
bulan Maret sampai dengan bulan November.
Penduduk Sabu terdiri dari kesatuan klen yang disebut sebagai Udu
(kelompok patrinial) yang mendiami beberapa lokasi tempat tinggal
antara lain de Seba, Menia, LiaE, Mesara, Dimu dan Raijua.
Masing-masing Udu sebagi suatu klen atau sub udu yang disebut Karego.
Tentang pola perkampungan orang Sabu tidak bisa terlepas dari
pemberian makna pulaunya sendiri atau Rai Hawu. Rai Hawu dibayangkan
sebagi suatu makluk hidup yang membujur kepalanya di barat dan ekornya
di timur. Maha yang letaknya disebelah barat adalah kepala haba dan
LiaE di tengah adalah dada dan perut. Sedangkan Dimu di timur
merupakan ekor. Pulau itu juga dibayangkan sebagai perahu, bagian
Barat Sawu yaitu Mahara yang berbukit dan berpegunungan, digolongkan
sebagai anjungan tanah (duru rai) sedangkan dimu yang lebih datar dan
rendah dianggap buritannya ( wui rai).
Orang Sabu mengenal hari-hari dalam satu minggu, misalnya hari Senin
Lodo Anni), Selasa (Lodo Due), Rabu ( Lodo Talhu), Kamis (Lodo Appa),
Jumat (Lodo Lammi), Sabtu (Lodo Anna), Minggu (Lodo Pidu).Konsep hari
ini (Lodo ne), hari yang akan datng (Lodo de), besok (Barri rai).
Hari-hari tersebut membentuk satu minggu kemudian 4 atau 5 minggu
membentuk satu bulan (waru) dan 12 bulan membentuk satu tahun (tou).
Secara umum orang Sabu mengenal dua musim, kemarau yang disebut Waru
Wadu dan musim hujan atau Waru Jelai. Di antara kedua musim itu ada
musim peralihannya. Dalam masing-Masing musim ada beberapa upacara
yang berhubungan dengan mata pencaharian.
Dalam musim Waru Wadu atau kemarau, dikenal upacara
(1) memanggil nira;
(2) memasak gula lontar;
(3) memberangkatkan perahu lontar.
Sebelum memasuki musim berikutnya/hujan ada upacara peralihan musim
terinci atas
(1) memisahkan kedua musim;
(2) menolak kekuatan gaib/bala;
dan pada musim waru jelai atau musim penghujan dapat diadakan tiga
upacara:
(1) pembersihan ladang dan minta hujan;
(2) upacara menanam dan
(3) upacara sesudah panen.
.
BUDAYA TIMOR
TENGAH SELATAN
Timor
Tengah Selatan dikenal dengan penghasil cendana itu mempunayi luas
4333,6 km2
Cuaca umum wilayah TTS 4 bulan basah (Desember-April), 8 kering
(April-November). Suhu udara dimusim dingin berkisar 18-21o C.
Pembagian penggunaan tanah wilayah TTS 2.500 ha. Terdiri dari atas
persawahan , 44.908 ha. Pengembalaan, 41.374 ha. Lamtoro dan 180.000
ha. Tanah kritis.
Wilayah kabupaten TTS berbatasan dengan Kabupaten Timor Tengan Utara
sebelah utara dan Ambenu (Timor Leste) sebelah selatan dengan laut
Indonesia, timur dengan Kabupaten Belu.
Penduduk asli TTS merupakan suku bangsa dawan. Dalam mmasyarakat Dawan
umumnya pemukiman mulai dari pola keluarga inti/batih yang terdiri
dari bapak, ibu, dan anakyang disebut UME. Ume yang ada bakal
membentuk klen kecil yang disebut Pulunes atau Kuanes dan ada klen
besar Kanaf.
Ume sebagai keluarga inti tinggal di rumah pemukiman tradisional yaitu
Lopo dan Ume. Lopo adalah lambang rumah untuk pria dan Ume untuk
perempuan. Umumnya mata pencaharian masyarakat TTS adalah pertanian
dan peternakan, seperti menanam jagung, umbi-umbian, kacang-kacangan
dan sedikit pertanian padi. Peternakan sapi, babi, dan kambing.
BUDAYA TIMOR
TENGAH UTARA
Timor
Tengah Utara (TTU) dengan ibu kota Kefamenanu. Terletak berbatasan
dengan Kabupaten Belu dibagian timur, barat dengan TTS, utara dengan
Laut Sawu.Luas wilayah mencapai 2.669,7 km2 . Keadaan alam wilayah TTU
beriklim tropis dengan musim kemarau Juli-Nopember dan musim penghujan
Desember-Maret. Ibu kota Kefamenanu terletak lebih kurang 600 m di
atas permukaan laut, dengan jarak 197 km dari Kupang.
PelapisaN social dalam masyarakat TTU terdiri atas tiga bagian yaitu:
(1). Usif (golongan bangsawan/raja)
(2). Amat (pembantu raja)
(3). To (golongan bawah/rakyat)
Raja pada umumnya sebagai pemilik tanah yang menerima upeti dari
tanahnya, dan tugas menarik upeti dilakukan oleh Moen Leun Aoin Leun,
seterusnya diserahkan kepada Amaf Terlihat satu konsep yang menunjukan
bahwa lapisan raja/bangsawan. Tidak langsung berhubungan dengan
golongan To, oleh karena Usif memanfaatkan para pembantu Moen danAmaf
untuk urusan pemeritahannya.
Mata pencaharian masyarakat TTU adalah bertani, beternak. Pertanian
dalam kebudayaan Atoni diartikan sebagai suatu masyarakat Atoni Pan
Meto artinya petani lahan kering. Mereka menyebut diri mereka orang
yang bekerja di lahan kering dan itu yang harus dikerjakan karena
tidak mengenal laut dan pantai. Mereka tidak tahu nama ikan.
.
BUDAYA BELU
Belu
merupakan salah satu kabupaten yang terletak di pulau Timor/Nusa
Tenggara Timur yang berbatasan langsung dengan negara Timor Leste.Luas
Kabupaten Belu 2445,6 km2
Ibu kota kabupaten Belu, Atambua sebuah kota kecil yang terletak 500
meter diatas permuksaan laut. Jarak Kupang dan Atambua lebih kurang
290 km.
Konon nama Atambua berasal dari kata Ata (Hamba), Buan (Suanggi/tukang
sihir). Dari legenda diceriterakan adanya hamba yang berani berontak
dan melepaskan ikatan tangan (borgol) sehingga tidak terjual lewat
pelabuhan Atapupu, dan malahan akhirnya menyingkir saudagarnya. Nama
kota ini kembar dengan Atapupu (pelabuhan terletak 24 km arah utara
Atambua) dari kata Ata (hamba) Futu (ikat) yang berarti hamba yang
diikat siap dijual.
Masyarakat Belu yang terdiri dari beberapa suku bangsa memiliki
pelapisan sosialnya sendiri. Sebagai contoh masyarakat Waiwiku dalam
wilayah kesatuan suku MaraE. Pemegang kekuasaan berfungsi mengatur
pemerintah secara tradisional, pelapisan tertinggi yaitu Ema Nain yang
tinggal di Uma Lor atau Uma Manaran, mereka adalah raja. Lapisan
berikutnya masih tergolong lapisan bangsawan (di bawah raja) yaitu Ema
Dato, kemudian lapisan menengah Ema Fukun sebagai kepala marga.
Lapisan terbawah dan hanya membayar upeti dan menjalankan perintah
raja, bangsawan maupun lapisan menengah disebut Ema Ata (hamba).Pada
masyarakat MaraE lapisan social tertinggi disebut Loro,
Mata pencaharian orang Belu tidak beda dengan masyarakat TTU, dan TTS,
yaitu menanam jagung, umbi-umbuan, kacang-kacangan dan sedikit
pertanian padi, serta bertenak sapi, babi.