Cara Kerja Ginjal

Diposting pada

Anatomi Kasar Ginjal

  1. Tampilan. Ginjal adalah organ berbentuk seperti kacang berwarna merah tua, panjangnya sekitar 12,5 cm dan tebalnya 2,5 cm (kurang lebih sebesar kepalan tangan). Setiap ginjal memiliki berat antara 125 sampai 175 gram pada laki-laki dan 115 sampai 155 gram pada perempuan.

  2. Lokasi. Ginjal terletak di area yang tinggi, yaitu pada dinding abdomen posterior yang berdekatan dengan dua pasang iga terakhir. Organ ini merupakan organ retroperitoneal dan terletak di antara otot-otot punggung dan peritoneum rongga abdomen atas. Tiap-tiap ginjal memiliki sebuah kelenjar adrenal di atasnya.

  3. Ginjal kanan terletak agak di bawah dibandingkan ginjal kiri karena ada hati pada sisi kanan.

  4. Jaringan ikat pembungkus. Setiap ginjal diselubungi tiga lapisan jaringan ikat.

  5. Fasia renal adalah pembungkus terluar. Pembungkus ini melabuhkan ginjal pada struktur di sekitarnya dan mempertahankan posisi organ.

  6. Lemak perineal adalah jaringan adipose yang terbungkus fasia ginjal. Jaringan ini membantali ginjal dan membantu organ tetap pada posisinya.

  7. Kapsul fibrosa (ginjal) adalah membrane halus transparan yang langsung membungkus ginjal dan dapat dengan mudah dilepas.

Cara-Kerja-Ginjal


Struktur Internal Ginjal

  1. Hilus (hilum) adalah tingkat kecekungan tepi medial ginjal.

  2. Sinus ginjal adalah rongga berisi lemak yang membuka pada hilus. Sinus ini membentuk perlekatan untuk jalan masuk dan keluar ureter, vena dan arteri renalis, saraf dan limfatik.

  3. Pelvis ginjal adalah perluasan ujung proksimal ureter. Ujung ini berlanjut menjadi dua sampai tiga kaliks mayor, yaitu rongga yang mencapai glandular, bagian penghasil urine pada ginjal. Setiap kaliks mayor bercabang menjadi beberapa (8 sampai 18) kaliks minor.

  4. Parenkim ginjal adalah jaringan ginjal yang menyelubungi struktur sinus ginjal. Jaringan ini terbagi menjadi medulla dalam dan korteks

  5. Medulla terdiri dari massa-massa triangular yang disebut piramida ginjal. Ujung yang sempit dari setiap piramida, papilla, masuk dengan pas dalam kaliks minor dan ditembus mulut duktus pengumpul urine.

  6. Korteks tersusun dari tubulus dan pembuluh darah nefron yang merupakan unit structural dan fungsional ginjal. Korteks terletak di dalam di antara piramida-piramida medulla yang bersebelahan untuk membentuk kolumna ginjal yang terdiri dari tubulus-tubulus pengumpul yang mengalir ke dalam duktus pengumpul.

  7. Ginjal terbagi-bagi lagi menjadi lobus ginjal. Setiap lobus terdiri dari satu piramida ginjal, kolumna yang saling berdekatan, dan jaringan korteks yang melapisinya.


Baca Juga : Jaringan Otot


Mikroskopis Ginjal

Bila permukaan irisan ginjal yang dibelah dua, diamati dengan mata telanjang, maka dapat dibedakan bagian korteks yang coklat-kemerahan gelap, dan medulla yang berwarna lebih muda. Yang terakhir ini dibentuk oleh 6 sampai 10 bangunan mirip kerucut, disebut pyramid renal, masing-masing dengan dasarnya yang lebar mengarah korteks, dan apeksnya, disebut papilla renis, terjulur ke dalam lumen kaliks minor. Batas lateral setiap pyramid dibatasi oleh juluran ke dalam dari korteks yang lebih gelap, yaitu kolom renal.


Satu pyramid renal dan kolom renal yang membatasinya membentuk sebuah lobules renal. Setiap lobules berkembang, dalam embrio, sehubungan dengan sebuah kalils minor tersendiri, dan lobules jelas ditandai oleh alur pada permukaan ginjal fetal, namun mereka melebur total dalam perkembangannya dan tidak dapat dibedakan lagi pada sinjal pasca-natal, yang memiliki permukaan licin. Pada ginjal manusia yang multilobular, setiap lobul sesuai dengan satu ginjal unilobar dan rodentia percobaan.


Parenkim ginjal disusun oleh myriad, yaitu tubulus uriniferus, yang merupakan unit fungsionalnya.Sepanjang tubulus ini berturut-turut terdapat segmen-segmen yang dikhususkan untuk peran berbeda dalam pembentukan urin. Segmen-segmen yang sesuai dari banyak tubulus parallel ini berdampingan pada tingkat yang sama dari medulla renal, berakibat terlihatnya pita atau zona transversal yang berbeda warna atau teksturnya.


Jadi, medulla luar dapat dibedakan dari medulla dalam, dan medulla luar ini dapat dibagi lagi dalam pita luar tipis yang pucat dan pita dalam yang lebih tebal dan gelap. Garis-garis radial halus, pada setiap pyramid, disebabkan berkonvergensinya bagian lurus dari tubuli uriniferi, pada papilla. Pada yang disebut area cribrosa pada ujung papilla terdapat sekitar 25 pori, yang merupakan muara dari segmen terminal tubuli uriniferi ke dalam kaliks minor. Dari dasar pyramid medulla, berkas-berkas segmen lurus dari tubuli terjulur sebagian ke dalam korteks, membentuk garis-garis vertical pucat yang disebut sebagai berkas medulla.


Struktur Nefron

Struktur-Nefron

Satu ginjal mengandung 1 sampai 4 juta nefron yang merupakan unit pembentukan urine.Setiap nefron memiliki satu komponen vascular (kapilar) dan satu komponen tubular.

  1. Glomerulus adalah gulungan kapilar yang dikelilingi kapsul epitel berdinding ganda disebut kapsul Bowman. Glomerulus dan kapsul Bowman bersama-sama membentuk sebuah kopuskel ginjal.

  2. Lapisan visceral kapsul Bowman adalah lapisan internal epithelium. Sel-sel lapisan visceral dimodifikasi menjadi podosit (“sel seperti kaki”), yaitu sel-sel epitel khusus di sekitar kapilar glomerular.

  • Setiap sel podosit melekat pada permukaan luar kapilar glomerular melalui beberapa prosecus primer panjang yang mengandung prosecus sekunder yang disebut prosecus kaki atau pedikel (“kaki kecil”).

  • Pedikel berinterdigitasi (saling mengunci) dengan prosecus yang sama dari podosit tetangga. Ruang sempit antar pedikel-pedikel yang berinterdigitasi disebut filtration slits (pori-pori dari celah) yang lebarnya sekitar 25 nm. Setiap pori dilapisi selapis membrane tipis yang memungkinkan aliran beberapa molekul dan menahan aliran molekul lainnya.

  • Barier filtrasi glomerular adalah barier jaringan yang memisahkan darah dalam kapilar glomerular dari ruang dalam kapsul Bowman. Barier ini terdiri dari endothelium kapilar, membrane dasar (lamina basalis) kapilar, dan filtration slit.


Baca Juga : Fungsi Hati Manusia


  1. Lapisan parietal kapsul bowman membentuk tepi terluar korpuskel ginjal.

  • Pada kutub vascular korpuskel ginjal, arteriola aferen masuk ke glomerulus dan aerteriol eferen keluar dari glomerulus.
  • Pada kutub urinarius korpuskel ginjal, glomerulus memfiltrasi aliran yang masuk ke tubulus kontortus proksimal.
  1. Tubulus kontortus proksimal, panjangnya mencapai 15 mm dan sangat berliku. Pada permukaan yang menghadap lumen tubulus ini terdapat sel-sel epithelial kuboid yang kaya akam mikrovilus (brush border) dan memperluas area permukaan lumen.

  2. Ansa henle. Tubulus kontortus proksimal mengarah ke tungkai desenden ansa henle yang masuk ke dalam medulla, membentuk lingkungan jepit yang tajam (lekukan), dan membalik ke atas membentuk tungkai asenden ansa henle.

  3. Nefron korteks terletak di bagian terluar korteks. Nefron ini memiliki lekukan pendek yang memanjang ke sepertiga bagian atas medulla.

  4. Nefron jukstamedular terletak di dekat medulla. Nefron ini memiliki lekukan panjang yang menjulur ke dalam piramida medulla.

  5. Tubulus kontortus distal juga sangat berliku, panjangnya sekitar 5 mm dan membentuk segmen terakhir nefron.

  6. Di sepanjang jalurnya, tubulus ini bersentuhan dengan dinding arteriol aferen. Bagian tubulus yang bersentuhan dengan arteriol mengandung sel-sel termodifikasi yang disebut macula densa. Macula densa berfungsi sebagai suatu kemoreseptor dan distimulasi oleh penurunan ion natrium.

  7. Dinding arteriol aferen yang bersebelahan dengan macula densa mengandung sel-sel otot polos termodifikasi yang disebut sel jukstaglomerular yang penting dalam pengaturan tekanan darah.

  8. Macula densa, sel jukstaglomerular, dan sel mesangium saling bekerja sama untuk membentuk apparatus jukstaglomerular yang penting dalam pengaturan tekanan darah.

  9. Tubulus dan duktus pengumpul. Karena setiap tubulus pengumpul berdesenden di korteks, maka tubulus tersebut akan mengalir ke sejumlah tubulus kontortus distal. Tubulus pengumpul membentuk duktus pengumpul besar yang lurus. Duktus pengumpul membentuk tuba yang lebih besar yang mengalirkan urine ke dalam kaliks minor. Kaliks minor bermuara ke dalam pelvis ginjal melalui kaliks mayor. Dari pelvis ginjal, urine dialirkan ke ureter yang mengarah ke kandung kemih.


Baca Juga : Jaringan Epidermis


Mikroskopis Nefron

Kini dibedakan empat subdivisi utama pada tubulus uriniferus: tubulus proksimal, tubulus intermediat, tubulus distal, dan system koligen. Masing-masing dibagi lagi dalam dua atau lebih segmen.Pada ujung proksimal setiap nefron terdapat pelebaran berdinding tipis yang melekuk ke dalam membentuk struktur berongga berbentuk mangkok yang disebut kapsula Bowman.Bagian cekung ujung buntu nefron ini diisi oleh berkas-berkas globular kapiler yang sangat berkelok, glomerulus. Massa kapiler serta kapsula epithelial berbentuk piala yang mengelilinginya bersama-sama membentuk korpuskel renal.2


Korpuskel Renal

Simpai Bowman di sekitar glomerulus adalah mangkok berdinding ganda terdiri atas sel-sel epitel gepeng.Dalam perkembangan korpuskel renal, glomerulus didesak masuk dan menempati lekukan dalam pelebaran terminal buntu dari tubulus seminiferus.Karena terdapat lapis visceral dari epitel (epitel glomerulus) merapat pada kapiler dan lapis parietal (epitel kapsula), keduanya dipisahkan oleh rongga sempit, yaitu runag kapsular (ruang Bowman).Pada kutub vascular dari korpuskel renal, lapis visceral melipat balik dari pembuluh aferen dan eferen dan menjadi lapis parietal. Pada kutub urinaria, epitel gepeng dari lapis parietal menyatu dengan epitel pelapis kuboid dari leher tubulus kontortus proksimal.


Tubulus Proksimal

Epitel dari tubulus proksimal memiliki brush border mencolok. Pada sediaan histologik, lumen segmen ini sering tampak tertutup oleh brush border selnya. Dulu diduga bahwa inilah kondisi normalnya dan filtrate glomeruli harus menyusup di antara celah-celah antar mikrovili brush border ini. Penutupan lumen ini kini8 diketahui merupakan artefak fiksasi.Jika ginjal difikisasi melalui perfusi dan penurunan tekanan intravascular dicegah, maka semua tubuli proksimal memiliki lumen terbuka.


Sel-sel memiliki satu inti bulat di dalam sitoplasma eosinofilik. Kompleks golgi membentuk mahkota sekitar kutub atas inti, dan banyak mitokondria panjang, dalam belahan basal sel, cenderung terorientasi parallel terhadap sumbu sel. Orientasi mitokondria ini berakibat tampilan bergaris vertikat dari sitoplasma basal pada sediaan histologik.


Baca Juga : Protozoa Adalah


Kompleks Jukstaglomerular

Pada sisi tubulus paling dekat pada arteriol aferen, sel-sel epitelnya langsing dan lebih padat daripada di tempat lain. Bagian dinding tubulus ini menarik perhatian karena inti-intinya berhimpitan dan terpulas gelap, dan karenanya disebut macula densa.


Tunika media arteriol aferen dekat macula densa mengandung sel-sel jukstaglomerular, yaitu sel-sel otot polos yang telah dimodifikasi, dengan inti bulat dan sitoplasma berisikan granul-granul sekresi.Ruang berbentuk segitiga antara glomerulus dan arteriol aferen dan eferen diisi oleh sel-sel berbentuk tidak teratur dengan inti pucat yang disebut sel mesengial ekstraglomerular (sel Lacis atau sel Goormaghtigh). Macula densa, sel-sel jukstaglomerular, dan sel mesengial ekstraglomerular bersama-sama membentuk kompleks jukstaglomerular.


Suplai Darah

  1. Arteri renalis adalah percabangan aorta abdomen yang mensuplai masing-masing ginjal dan masuk ke hilus melalui cabang anterior dan posterior.

  2. Cabang anterior dan posterior arteri renalis membentuk arteri-arteriinterlobaris yang mengalir di antara piramida-piramida ginjal.

  3. Arteri arkuata berasal dari arteri interlobaris pada area pertemuan antara korteks dan medulla.

  4. Arteri interlobularis merupakan percabangan arteri arkuata di sudut kanan dan melewati korteks.

  5. Arteriol aferen berasal dari arteri interlobularis. Satu arteriol aferen membentuk sekitar 50 kapilar yang membentuk glomerulus.

  6. Arteriol eferen meninggalkan setiap glomerulus dan membentuk jaring-jaring kapilar lain, kapilar peritubular yang mengelilingi tubulus proksimal dan distal untuk memberi nutrient pada tubulus tersebut dan mengeluarkan zat-zat yang direabsorbsi.

  7. Arteriol eferen dari glomerulus nefron korteks memasuki jaring-jaring kapilar peritubular yang mengelilingi tubulus kontortus distal dan proksimal pada nefron tersebut.

  8. Arteriol eferen dari glomerulus pada nefron jukstaglomerular memiliki perpanjangan pembuluh kapilar panjang yang lurus disebut vasa recta yang berdesenden ke dalam piramida medulla. Lekukan vasa recta membentuk lekungan jepit yang melewati ansa henle. Lekungan ini memungkinkan terjadinya pertukaran zat antara ansa henle dan kapilar serta memegang peranan dalam konsentrasi urine.

  9. Kapilar peritubular mengalir ke dalam vena korteks yang kemudian menyatu dan membentuk vena interlobularis.

  10. Vena arkuata menerima darah dari vena interlobularis. Vena arkuata bermuara ke dalam vena interlobaris yang bergabung untuk bermuara ke dalam vena renalis. Vena ini meninggalkan ginjal untuk bersatu dengan vena cava inferior.


Baca Juga : Ekosistem Pantai


Fungsi Ginjal

  1. Pengeluaran zat sisa organic. Ginjal mensekresi urea, asam urat, kreatinin, dan produk penguraian hemoglobin dan hormone.

  2. Pengaturan konsentrasi ion-ion penting. Ginjal mengekskresi ion natrium, kalium, kalsium, magnesium, sulfat, dan fosfat. Ekskresi ion-ion ini seimbang dengan asupan dan ekskresinya melalui rute lain, seperti pada saluran gastrointestinal atau kulit.

  3. Pengaturan keseimbangan asam-basa tubuh. Ginjal mengendalikan ekskresi ion hydrogen (H+), bikarbonat (HCO3), dan ammonium (NH4+) serta memproduksi urine asam atau basa, bergantung pada kebutuhan tubuh.

  4. Pengaturan produksi sel darah merah. Ginjal melepas eritropoetin, yang mengatur produksi sel darah merah dalam sumsum tulang.

  5. Pengaturan tekanan darah. Ginjal mengatur volume cairan yang esensial bagi pengaturan tekanan darah, dan juga memproduksi enzim rennin. Rennin adalah komponen penting dalam mekanisme rennin-angiotensin-aldosteron, yang meningkatkan tekanan darah dan retensi air.

  6. Pengendalian terbatas terhadap konsentrasi glukosa darah dan asam amino darah. Ginjal, melalui ekskresi glukosa dan asam amino berlebih, bertanggung jawab atas konsentrasi nutrient dalam darah.

  7. Pengeluaran zat beracun. Ginjal mengeluarkan polutan, zat tambahan makanan, obat-obatan, atau zat kimia asing lain dari tubuh.


Filtrasi Glomerulus

Filtrat glomerulus terbentuk sewaktu sebagian plasma yang mengalir melalui tiap-tiap glomerulus terdorong secara pasif oleh tekanan menembus membrane glomerulus untuk masuk ke dalam lumen kapsul Bowman di bawahnya.Tekanan filtrasi netto yang memicu filtrasi ditimbulkan oleh ketidakseimbangan dalam gaya-gaya fisik yang bekerja pada membrane glomerulus.Tekanan darah kapiler glomerulus yang tinggi dan mendorong filtrasi mengalahkan kombinasi dan tekanan osmotic koloid plasma dan tekanan hidrostatik kapsul Bowman yang bekerja berlawanan.


Biasanya, 20% sampai 25% curah jantung disalurkan ke ginjal untuk mengalami proses regulatorik dan ekskretorik ginjal. Dari plasma yang mengalir melalui ginjal, dalam keadaan normal 20% difiltrasi melalui glomerulus, menghasilkan laju filtrasi glomerulus (GFR) 125 ml/menit. Komposisi filtrate tersebut identik dengan plasma, kecuali protein plasma yang tertahan oleh membrane glomerulus.


Baca Juga : Stomata Adalah


GFR dapat secara sengaja diubah dengan mengubah tekanan darah kapiler glomerulus sebagai hasil dari pengaruh simpatis pada erteriol aferen.Vasokonstriksi arteriol aferen menurunkan aliran darah ke glomerulus, sehingga tekanan darah glomerulus menurun dan GFR juga menurun.Sebaliknya, vasodilatasi aretriol aferen meningkatkan aliran darah glomerulus dan GFR. Control simpatis atas GFR merupakan bagian dari respons reflex baroreseptor untuk mengkompensasi perubahan tekanan darah arteri. Jika GFR berubah, jumlah cairan yang keluar melalui urin juga berubah, sehingga volume plasma dapat diatur sesuai kebutuhan untuk membantu memulihkan tekanan darah ke normal dalam jangka-panjang.4


Reabsorpsi Tubulus

Setelah plasma bebas-protein difiltrasi melalui glomerulus, setiap zat ditangani secara tersendiri oleh tubulus, sehingga walaupun konsentrasi semua konstituen dalam filtrate glomerulus awal identik dengan konsentrasinya dalam plasma (dengan kekecualian protein plasma), konsentrasi berbagai konstituen mengalami perubahan-perubahan saat cairan filtrasi mengalir melalui system tubulus.Kapasitas reabsorptif system tubulus sangat besar.Lebih dari 99% plasma yang difiltrasi dikembalikan ke darah melalui reabsorpsi.Zat-zat utama yang secara aktif direabsorpsi adalah Na+ (kation utama CES), sebagian besar elektrolit lain, dan nutrient organic, misalnya glukosa dan asam amino.Zat terpenting yang direabsorpsi secara pasif adalah Cl, H2O, dan urea.


Hal utama yang berkaitan dengan sebagian besar proses reabsorpsi adalah reabsorpsi aktif Na+. Suatu pembawa Na+-K+ ATPase bergantung-energi yang terletak di membrane basolateral setiap sel tubulus proksimal mengangkut Na+ ke luar dari sel ke dalam ruang lateral dia antara sel-sel yang berdekatan.Perpindahan Na+ ini memicu reabsorpsi netto Na+ dari lumen tubulus ke plasma kapiler peritubulus, yang sebagian besar terjadi di tubulus proksimal.


Energy yang digunakan untuk memasok pembawa Na+-K+ ATPase akhirnya bertanggung jawab untuk mereabsorpsi Na+, glukosa, asam amino, Cl, H2O, dan urea dari tubulus proksimal. Pembawa kotransportasi spesifik yang terletak di batas luminal sel tubulus proksimal terdorong oleh gradient konsentrasi Na+ untuk secara selektif mengangkut glukosa atau asam amino dari cairan luminal ke dalam sel tubulus.


Dari sel tubulus, zat-zat tersebut akhirnya masuk ke plasma.Klorida direabsorpsi secara pasif mengikuti penurunan gradient listrik yang diciptakan oleh reabsorpsi aktif Na+.Air secara pasif direabsorpsi akibat gradient osmotic yang diciptakan oleh reabsorpsi aktif Na+.enam puluh lima persen H2O yang difiltrasi akan direabsorpsi dari tubulus proksimal melalui cara ini. Reabsorpsi ekstenif H2O meningkatkan konsentrasi zat-zat lain yang tertinggal di dalam cairan tubulus, yang sebagian besar adalah zat-zat sisa.


Molekul urea yang kecil merupakan satu-satunya zat sisa yang dapat secara pasif menembus membrane tubulus. Dengan demikian, urea adalah satu-satunya zat sisa yang direabsorpsi secara parsial akibat efek pemekatan ini; sekitar 50% urea yang difiltrasi akan direabsorpsi. Zat-zat sisa lain, yang tidak dapat direabsorbsi, akan tetap berada di urin dalam konsentrasi yang tinggi.


Di awal nefron, reabsorpsi Na+ terjadi secara konstan dan tidak dikontrol, tetapi di tubulus distal dan pengumpul, reabsorpsi sebagian kecil Na+ yang difiltrasi berubah-ubah dan dapat di control. Tingkat reabsorpsi Na+ yang dapat dikontrol ini terutama bergantung pada system rennin-angiotensin-aldosteron yang kompleks.Karena Na+ dan anion penyertanya Cl, merupakan ion-ion yang paling aktif secara osmotis di CES, volume CES ditentukan oleh beban Na+ dalam tubuh.


Baca Juga : Metamorfosis Capung


Pada gilirannya, volume plasma, yang mencerminkan volume CES total, penting untuk penentuan jangka-panjang tekanan darah. Apabila beban Na+/volume CES/volume plasma/tekanan darah arteri di bawah normal, ginjal mensekresikan rennin, suatu hormone enzimatik yang memicu serangkaian proses yang berakhir pada peningkatan sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron meningkatkan reabsorpsi Na+ dari bagian distal tubulus, sehingga memperbaiki beban Na+/volume CES/tekanan darah yang semula menurun.


Elektrolit-elektrolit lain yang secara aktif direabsorpsi oleh tubulus, misalnya PO4 dan Ca++, memiliki system pembawa masing-masing yang independen. Karena pembawa-pembawa tersebut, seperti pembawa kotransportasi nutrient organic, dapat mengalami kejenuhan, mereka memperlihatkan kapasitas transportasi maksimum, atau Tm. Apabila filtrasi suatu zat yang direabsorpsi secara aktif melebihi Tm, reabsorpsi akan berlangsung pada kecepatan maksimum yang konstan, dengan jumlah zat tambahan yang difiltrasi dieksresikan dalam urin.


Penanganan glukosa oleh ginjal sebagai fungsi dari konsentrasi glukosa plasma.Pada GFR yang konstan, jumlah glukosa yang difiltrasi per menit berbanding lurus dengan konsentrasi glukosa di dalam plasma.Semua glukosa yang difiltrasi dapat direabsorpsi sampai mencapai maksimum tubulus (Tm), jumlah maksimum glukosa yang dapat dipindahkan secara aktif oleh sel-sel tubulus per menit.Ekskresi glukosa dalam urin belum terjadi sampai jumlah glukosa yang difiltrasi/menit melebihi Tm. Pada titik tersebut, jumlah glukosa yang direabsorpsi menjadi maksimum (senilai dengan Tm), sedangkan sisanya tertinggal di filtrate untuk diekskresikan dalam urin. Ambang ginjal adalah konsentrasi plasma pada saat Tm tercapai dan glukosa mulai muncul di urin.4


Mekanisme Otoregulasi. Karena tekanan darah arteri adalah gaya yang mendorong darah ke dalam glomerulus, maka tekanan darah kapiler glomerulus dan dengan demikian GFR (Glomerulus Filtrate Rate) akan meningkat setara dengan peningkatan tekanan arteri jika hal-hal lain konstan. Demikian juga penurunan tekanan darah arteri akan disertai dengan penurunan GFR. Peruahan GFR secara spontan ini sebagian besar dicegah oleh mekanisme pengaturan intrinsik yang dicetuskan oleh ginjal itu sendiri, suatu proses yang dinamakan mekanisme otoregulasi.5


Sekresi Tubulus

Sekresi tubulus melibatkan transpotasi transepitel seperti yang dilakukan reabsorpsi tubulus, tetapi langkah-langkahnya berlawanan arah.Seperti reabsorpsi, sekresi tubulus dapat aktif atau pasif. Bahan yang paling penting yang disekresikan oleh tubulus adalah ion hydrogen (H+), ion kalium  (K+), serta anion dan kation organic, yang banyak diantaranya adalah senyawa-senyawa yang asing bagi tubuh.


Sekresi ion hydrogen.Sekresi H+ ginjal sangatlah penting dalam pengaturan keseimbangan asam-basa tubuh. Ion hydrogen dapat ditambahkan ke cairan filtrasi melalui proses sekresi di tubulus proksimal, distal, dan pengumpul. Tingkat sekresi H+ bergantung pada keasaman cairan tubuh.Sebaliknya, sekresi H+ berkurang apabila konsentrasi H+ di dalam cairan tubuh terlalu rendah.


Sekresi ion kalium.Sekresi ion kalium adalah contoh zat yang secara selektif berpindah dengan arah berlawanan di berbagai bagian tubulus; zat ini secara aktif direabsorpsi di tubulus proksimal dan secara aktif disekresi di tubulus distal dan pengumpul.Reabsorpsi ion kalium di awal tubulus bersifat konstan dan tidak diatur, sedangkan sekresi K+ di bagian akhir tubulus bervariasi dan berada di bawah control. Dalam keadaan normal, jumlah K+ yang diekskresikan dalam urin adalah 10% sampai 15% dari jumlahnya yang difiltrasi. Namun, K+ yang difiltrasi hamper seluruhnya dereabsorpsi, sehingga sebagian besar K+ yang muncul di urin berasal dari sekresi K+ yang dikontrol dan bukan dari filtrasi.


Sekresi anion dan kation organic.Tubulus proksimal mengandung dua jenis pembawa sekretorik yang terpisah, satu untuk sekresi anion organic dan suatu system terpisah untuk sekresi kation organic.System-sistem ini memiliki beberapa fungsi penting.


  1. Pertama, dengan menambahkan lebih banyak ion organic tertentu ke cairan tubulus yang sudah mengandung bahan yang bersangkutan melalui proses filtrasi, jalur sekretorik organic ini mempermudah ekskresi bahan-bahan tersebut.
  2. Kedua, pada beberapa keadaan yang penting, ion organic secara ekstensif tetapi tidak ireversibel terikat ke protein plasma.
  3. Ketiga, paling penting adalah kemampuan system sekresi ion organic mengeliminasi banyak senyawa asing dari tubuh.

Kecepatan ekskresi senyawa organic asing tidak berada di bawah control.Walaupun system sekretorik ion organicyang secara relative nonselektif ini meningkatkan pengeluaran bahan-bahan tersebut dari tubuh, mekanisme ini tidak berada di bawah control fisiologis.


Banyak obat, misalnya penisilin, dieliminasi dari tubuh melalui system sekretorik ion-organik di tubulus proksimal. Agar konsentrasi obat ini dalam plasma tetap berada pada tingkat yang efektif, dosis obat harus diulang secara teratur dan sering untuk mengimbangi kecepatan pengeluaran obat ini dalam urin.4


Faktor Pembentukan Urin

  • Jumlah air yang diminum

Semakin banyak air yang diminum, sekresi ADH akan terhambat. Hal ini menyebabkan permeabilitas tubulus kontortus menurun dan reabsorpsi terhambat sehingga jumlah urin meningkat.


  • Hormon antidiuretik (ADH)

Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar hipofisis bagian belakang. Jika darah sedikit mengandung air, maka ADH akan banyak disekresikan ke dalam ginjal, akibatnya penyerapan air meningkat sehingga urin yang terjadi pekat dan jumlahnya sedikit. Sebaliknya, apabila darah banyak mengandung air, maka ADH yang disekresikan ke dalam ginjal berkurang, akibatnya penyerapan air berkurang pula, sehingga urin yang terjadi akan encer dan jumlahnya banyak.


  • Saraf

Stimulus pada saraf ginjal akan menyebabkan penyempitan duktus aferen. Hal ini menyebabkan aliran darah keglomerulus menurun dan tekanan darah menurun sehingga filtrasi kurang efektif.Hasilnya urin yang diproduksi meningkat.


  • Zat-zat diuretik

Misalnya teh, kopi, atau alkohol dapat menghambat reabsorpsi ion Na+.Akibatnya ADH berkurang sehinggar reabsorpsi air terhambat dan volume urin meningkat.


  • Hormon insulin

Hormon  insulin adalah hormon yang dikeluarkan oleh pulau Langerhans. Hormone insulin berfungsi mengatur gula dalam darah. Penderita kencing manis (diabetes mellitus) memiliki konsentrasi hormone insulin yang rendah, sehingga kadar gula dalam darah akan tinggi. Akibatnya dari keadaan ini terjadi gangguan reabsorbpsi didalam tubulus distal, sehingga dalam urin masih terdapat glukosa.


  • Suhu Lingkungan

Ketika suhu sekitar dingin, maka tubuh akan berusaha untuk menjaga suhunya dengan mengurangi jumlah darah yang mengalir ke kulit sehingga darah akan lebih banyak yang menuju organ tubuh, di antaranya ginjal. Apabila darah yang menuju ginjal jumlahnya samakin banyak, maka pengeluaran air kencing pun banyak.


  • Gejolak emosi dan stress

Jika seseorang mengalami stress, biasanya tekanan darahnya akan meningkat sehingga banyak darah yang menuju ginjal. Selain itu, pada saat orang berada dalam kondisi emosi, maka kandung kemih akan berkontraksi. Dengan demikian, maka timbullah hasrat ingin buang air kecil.


Demikian penjelasan artikel diatas tentang semoga bisa bermanfaat bagi pembaca setia kami