The Wayback Machine - https://web.archive.org/all/20041204202350/http://yudhara.com:80/putra1.htm


Salah Satu Putra Terbaik Bali

 

 

              Kisah hidup I Gusti Bagus Yudhara dalam uraian sebelumnya menunjukkan bahwa dia lahir dan tumbuh dewasa di kalangan politikus, sementara setelah berkeluarga dia terjun ke dunia pariwisata.Lingkungan politik dan dunia pariwisata tentu saja berbeda secara umum. Meski demikian, dalam riwayat hidup Yudhara, kedua dunia yang berbeda itu seperti dua sisi dari satu mata uang. Kalau yang satu tampak, yang lain bukan berarti tiada, tetapi berada di baliknya untuk suatu kelak tampak dan membawa yang lain ke baliknya.
              Sebagai pengusaha pariwisata, Yudhara mendapat banyak kepercayaan untuk memimpin organisasi profesi,seperti ASITA Bali yang dipimpinnya selama 16 tahun. Ketika itu dia tidak berpolitik praktis. Ini bukan berarti dunia politik diitnggalkan sepenuhnya. Sebaliknya, selama menjadi pengusaha, dia menjadi pengamat politik dan tetap menyuburkan darah politikus yang dialiri ayahnya, Pak Merta, ke dalam tubuhnya. Seperti halnya mata uang, dunia politik atau pariwisata yang ditekuni Yudhara tidak bisa tampak pada posisi sama keduanya sekaligus.Memperlihatkan yang satu, berarti menyembunyikan sisi yang lain.
Setelah meninggalkan jabatan Ketua ASITA, Yudhara tampaknya menunjukkan tanda-tanda untuk masuk ke dunia politik. Kalau dugaan ini benar, kiprah itu tidaklah terlalu mengejutkan. Mengapa tidak?
              Alasan pertama karena Yudhara adalah putra seorang politikus kawakan Bali.Ayahnya,I Gusti Putu Merta,adalah pendiri Partai Nasional Indonesia cabang Bali. Lahir, tumbuh, dan berkembangnya PNI di Bali tidak bisa dilepaskan dari perjuangan politik Pak Merta. Dialah yang merintis pembentukan cabang-cabang PNI di seluruh Pulau Dewata. Di
bawah pimpinan Pak Merta, PNI menjadi salah satu partai besar di Bali. Tolok ukur sukses kepemimpinan politik Pak Merta bisa dilihat, misalnya, dari dominannya perolehan suara PNI dalam pemilu tahun 1955.
              Kegigihan Pak Merta membangun dan membesarkan PNI di Bali telah membuat dia berhasil menduduki jabatan Ketua DPRD Bali sejak 1950. Jabatan sebagai Ketua DPRD Bali itu dipegangnya untuk periode 19501965,berarti selama 15 tahun.Istri Pak Merta,I Gusti Ayu Rapeg,aktif dalam wanita marhenis Indonesia. Di tengah keluarga nasionalis dan marhenis itulahYudhara lahir dan tumbuh dewasa.Tak hanya darah nasionalis yang mengalir dalam tubuhnya tetapi juga gerakan nasionalis dari lingkungannya sehari-hari ikut mempengaruhi watak dan pendiriannya.
              Alasan kedua,karena Yudhara sejak menjadi pelajar di sekolah lanjutan atas sudah aktif dalam organisasi yang berbasis ideologi nasionalis. Buktinya, ketika duduk di SLUA Saraswati, Denpasar, Yudhara terpilih menjadi ketua satu GSNI (Gerakan Siswa Nasionalis Indonesia),organisasi siswa yang merupakan onderbouw PNI. Di Bali GMNI berdiri tahun 1958. Waktu ituYudhara masih muda,belum menjadi mahasiswa,makanya dia tidak aktif di GMNI Bali. Namun demikian, dia bisa berhubungan dengan tokoh-tokoh GMNI Bali seperti I Wayan Bawa, Ketut Robin, Wayan Suteja, Nyoman Sudana,KetutTama.AyahYudhara,Pak Mertayang menjadi Ketua PNI,merupakan salah satu pembina GMNI: `Kalau kami ketemu Pak Merta atau ada kegiatan diskusi dengan beliau di rumah jabatan Pak Merta, Yudhara biasanya ikut bergabung;' ujar Wayan Bawa, yang masuk GMNI 1959.
              Yudhara tidak pernah duduk dalam kepengurusan GMNI Bali karena setelah dia menyelesaikan pendidikan di SLUA Saraswati tahun 1960, Yudhara melanjutkan kuliah di Fakultas Hukum, Universitas Airlangga, Surabaya. Justru, di sinilah, di Fakultas Hukum Unair,Yudhara aktif dalam kegiatan organisasi mahasiswa, melanjutkan hobinya ketika di SLUA. Yudhara terpilih menjadi Ketua GMNI Komisariat Fakultas Hukum Unair. Tentu ada pertanyaan, bagaimana mungkin Yudhara yang berasal dari Bali, bisa dipercaya oleh mahasiswa Surabaya untuk menjadi ketua komisariat GMNI? Bagaimana mungkinYudhara bisa meraih popularitas dan kepercayaan yang begitu cepat di luar daerah atau di luar kota kelahirannya?
Jawabannya adalah karena ketika di SurabayaYudhara tinggal di rumah tokoh PNI Jawa Timur, dr.Angka Nitisastro. Pak Angka adalah kawan karib Pak Merta karena sama-sama dari kubu PNI, jadi sama-sama nasionalis. Bagi Yudhara tinggal di rumah Pak Angka sama saja dengan tinggal di rumahnya sendiri. Suasana politik dan semangat nasionalisme di rumah
Pak Angka sama dengan yang dia rasakan di rumahnya sendiri di Bali. Lingkungan politik dan semangat nasionali me di rumah Pak Angka ikut memperdalam penghayatan Yudhara terhad p politik dan gerakan PNI.
              Pak Angka adalah salah seorang pembin GMNI Surabaya. Dengan mudah dan cepat Yudhara bergaul dengan an ota GMNI baik ketika mereka datang berkonsultasi dengan Pak Angk maupun di dalam pergaulan kampus. Lewat jalur inilah, Yudhara menjadi popular di kalangan mahasiswa terutama aktivis GMNLTidak mengherankan kalau kemudian dia dipercaya menjadi Ketua Komisariat GMNI Fakultas Hukum.
              Yudhara tinggal bersama PakAngka selama hampir lima tahun,selama dia kuliah di Unair, berarti selama itu pula dia menghirup udara politik dan nasionalisme PNI. Menurut Yudhara, semangat berorganisasi lewat GMNI waktu itu sangat dinamik karena ada persaingan yang seru dengan orgnaisasi lain terutama CGMI (Central Gerakan Mahasiswa Indonesia), organisasi mahasiswa yang berafiliasi dengan PKI: `Selama aktif di GMNI, kami selalu bertentangan dengan CGMI", kata Yudhara.
              Tahun 1965, ketika situasi politik di Tanah Air memanas akibat G 30 S/ PKI,Yudhara yang berada di Surabaya dipanggil pulang oleh Pak Merta karena alasan keamanan.Yudhara tidak diizinkan melanjutkan kuliah. Sebagai anak lelaki satu-satunya,Yudhara diarahkan oleh Pak Merta untuk memasuki dunia usaha,tepatnya ke sektor pariwisata yang waktu itu baru akan mulai tumbuh.
              Yudhara akhirnya magang sebagai asisten manajer Restoran Puri Suling,di Goa Gajah,Ubud.WalaupunYudhara masuk ke industri pariwisata, dia tetap dekat dengan mahasiswa yang aktif di GMNI seperti dengan Wayan Bawa dan Ketut Tama. Kesibukannya bekerja tidak memungkinkannya duduk sebagai pengurus GMNI: `Tapi,dalam kegiatankegiatan GMNI,Yudhara selalu aktif dan memberikan bantuan-bantuan material;' kenang Prof. Dr. I Wayan Bawa.
              Bukti setianya Yudhara pada GMNI adalah ketika dia memilih hari ulang tahun GMNI tanggal 23 Mei sebagai hari untuk mengesahkan pertunangannnya dengan Tjokorda Istri Sri Ramaswati, istrinya yang telah memberikannya lima anak dan sejumlah cucu yang tetap disayangi Yudhara sampai kini.
Sejak naiknya Orde Baru pasca-G 30 S/PKI, dan munculnya gerakan pelajar dan mahasiswa Indonesia dengan nama KAPPI/KAMI, organisasi GMNI dicurigai,dianggap masuk ke dalam kelompokAsu (Ali Surachman), yaitu nasionalisme kiri (left-nationalist). Menurut Yudhara, situasi politik )ang tak menentu awal Orde Baru membulatkan tekadnya untuk back to basic, kembali ke Bali dan bergerak di bidang pariwisata.



      Lanjut..>>


Eyckman Yudhara Nama Kecilnya | Jadi Diplomat Cita citanya | Meniti Karier dari Puri Suling
Enam Belas Tahun Memimpin ASITA | Menjadi Konsul Kehormatan Mexico | Salah Satu Putra Terbaik Bali