I
Gusti Bagus Yudhara lahir 11 Juli 1941, putra sulung
pasangan I Gusti Putu Merta dan I Gusti Ayu Rapeg, keduanya
berprofesi sebagai guru ketika itu.KetikaYudhara lahir,indonesia
masih dijajah Belanda.Waktu itu Rumah Sakit Umum Pusat
Sanglah belum ada.Satu-satunya rumah sakit yang ada
adalah rumah sakit Wangaya, Jalan Kartini, Denpasar.
Di rumah sakit Wangaya itulah I Gusti Ayu Rapeg menjalani
persalinan. Di rumah sakit itulahYudhara lahir.
Dalam
persalinan itu, I Gusti Ayu Rapeg mendapat pertolongan
dari seorang dokter Belanda. Namanya dr. Eyckman. Hubungan
de Eyckman dengan pasangan I Gusti Putu Merta dan I
Gusti Ayu Rapeg dekat sekali. Sudah lama mereka berkawan-karib.Tak
mengherankan kalau kemudian dr. Eyckman memberikan pertolongan
yang sangat khusus kepada I Gusti Ayu Rapeg saat menjalani
persalinan. Di tengah debar-debar jantungnya menanti
kelahiran putra pertama, perasaan I Gusti Putu Merta
relatif tenang karena persalinan istri tercintanya ditangani
dokter yang profesional.
Begitu
melihat si bayi lahir selamat dan sehat, l Gusti Ayu
Rapeg dan I Gusti Putu Merta merasa sangat berbahagia.
Mereka bersyukur, bahtera rumah tangga mereka dikarunia
putra pertama oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa.Cinta yang
mereka tanam dan rawat telah berbuah. Keriangan tiada
tara mewarnai rumah tangga I Gusti Ayu Rapeg dan I Gusti
Putu Merta.Sang bayi diberi nama I Gusti BagusYudhara,dengan
harapan kelak menjadi anakyang berani,kuat,dan tegar"bertarung"
(yudha) menghadapi hidup. Getar
kebahagiaan serupa juga dirasakan oleh dr. Eyckman.
Sesudah persalinan selesai, dr. Eyckman sering berkunjung
ke rumah pasangan I Gusti Putu Merta dan I Gusti Ayu
Rapeg. Tujuannya tak hanya untuk mengontrol perkembangan
kesehatan sang bayi, tetapi berbagi sukabahagia. Pak
dokter sangat sayang pada sang bayi. Saking sayangnya
kepada sang bayi, dr. Eyckman menyertakan namanya pada
nama sang bayi. Nama kecil putra pertama pasangan I
Gusti Ayu Rapeg dan I Gusti Putu Merta itu pun menjadi
EyckmanYudhara.
Perkenalan
I Gusti Putu Merta dan I Gusti Ayu Rapeg dengan dr.
Eyckman terjadi karena suami-istri ini adalah guru,
aktivis dan pekerja sosial yang tulus. Sebagai tenaga
pendidik, mereka sering berhubungan dengan pejabat Belanda,
termasuk di antaranya dengan dr. Eyckman.
I
Gusti Putu Merta lahir 10 Januari 1913 di lingkungan
Jero Agung Tegal,Desa Pemecutan,Denpasar.Pendidikan
dasar pada zaman Belanda ditempuh di Denpasar, sedangkan
pendidikan lanjut ditempuh di Makassar, 1931. Pada tahun
1920-an dan 1930-an, kebijakan kolonial Belanda mengenai
pendidikan untuk generasi muda Bali berubah-ubah. Mula-mula
anak-anak Bali diizinkan mengikuti pendidikan lanjutan
di berbagai kota di Jawa, terutama Jawa Timur yang jaraknya
dekat dengan Bali. Beberapa waktu kemudian, kebijakan
itu diubah. Anak-anak Bali diarahkan pemerintah kolonial
untuk bersekolah ke Makassar.
Ada
kepentingan politik yang mendasari kebijakan mengarahkan
anak-anak Bali melanjutkan pendidikan ke ibu kota Sulawesi
Selatan. Belanda tidak ingin anak-anak Bali terkena
pengaruh gerakan nasionalisme yang sudah tumbuh subur
di Jawa, sekurang-kurangnya mulai 1908,sejak Budi Utomo
lahir.Belanda ingin menjauhkan jarak sosialpolitik Bali
dengan Jawa. Didoronglah anak-anak Bali sekolah ke Makassar.
Namun demikian,untuk sekolah-sekolah tertentu,pilihan
sekolah ke Jawa masih dimungkinkan, misalnya untuk kaum
wanita. I Gusti Putu Merta sekolah di Makassar. I Gusti
Ayu Rapeg dan sejumlah kaum wanita Bali bersekolah ke
Blitar, Jawa Timur.
Kebijakan
Belanda mengarahkan agar anak-anak Bali bersekolah ke
Makassar mendapat protes. Alasan cendekiawan Bali menolak
adalah karena jarak geografis Bali-Makassar jauh sekali.
Banyak diperlukan biaya transportasi untuk pergi-kembali
ke kota itu. Selain itu, demikian protes muncul di surat-surat
kabar seperti Surya Kanta,secara kultural hubungan Bali
dengan Makassar juga jauh sekali. Budaya Bali lebih
dekat dengan Jawa.Protes yang masuk akal ini sebagian
berhasil,sebagian tidak.Buktinya, anak-anak Bali yang
bersekolah ke Makassar relatif besar jumlahnya, termasuk
I Gusti Putu Merta.
|