BERITA | MEMBERS |FREE E-MAIL | KOMUNITAS | CHAT | i-GUIDE
Metroindonesia
detikFinance | detikFood | detikHot | detiki-Net | detikLaw | detikNews | detikSports | Index
detikAcara | detikDomain | detikForum | detikGame | detikKartu | detikKuis | detikLelang | detikMap | detikSurvey
Foto | Info Ramadhan | i-Guide | Kampus | Karir | Kolom | Suara Pembaca
Adil | Amien Rais | e-Samuel | Gede Prama | Karl May | Kho Ping Hoo | Perspektif Wimar | Rhenald Kasali
 
Rabu, 05/12/2001
Fun Fearless Female
 
detikcom > detikhot > berita tv
Clear

 




TV7, Ketika Layar TV Tak Lagi Biru
Reporter: Is Mujiarso

detikhot - Jakarta,Selama ini, tampilan layar televisi identik dengan warna biru. Tapi, mulai sekarang ucapkan selamat tinggal pada warna sendu itu. Sapuan yang selama ini diyakini sebagai warna yang paling bagus untuk tampilan dasar layar kaca ini akan segera berubah merah. Ya, inilah "revolusi warna" yang merupakan salah satu gebrakan yang menandai kehadiran TV7 sebagai stasiun televisi swasta terbaru di Indonesia.

Bekerja pada saluran UHF 49, TV7 memulai siaran percobaan pada Minggu (25/11/2001) lalu mulai pukul 17.00 hingga 22.00 WIB. Siaran selama lima jam ini akan terus berlangsung hingga April 2002 nanti, ketika 6 stasiun transmisi yang akan dibangun di Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya dan Medan telah siap. Sejak itu, selain Jabotabek, masyarakat pada 48 kota, dengan perkiraan 46 juta pemirsa potensial, akan menikmati program-program televisi yang bernaung di bawah kelompok Kompas-Gramedia itu.

"Kita akan mencoba tampil sebagai alternative program," Acquisition Manager TV7 Arief Prihantoro dalam perbincangan dengan wartawan di Kantor TV7 Wisma Dharmala Sakti, Jakarta Pusat, Senin (3/12/2001) petang. "Kita tidak akan menjadi news channel, melainkan general entertainment channel untuk seluruh keluarga," tambah dia. Wah, sinetron lagi dong! "Ya, sinetron tentu saja tetap ada, tapi kita tidak akan menampilkan cerita-cerita yang menjual mimpi," tandas Arief.

"Sinetron yang akan kita tampilkan lebih bermisi pendidikan, berpihak pada orang kecil, mengangkat realita untuk membuka mata masyarakat betapa di balik kehidupan kota yang serba gemerlap dengan gedung-gedung tinggi, ada kenyataan yang tak sebagus yang terlihat itu," tambah Arief meyakinkan. Para pengelola TV7 agaknya memang yakin, kehadiran mereka akan mampu bersaing dengan segenap stasiun televisi yang sudah ada, sekaligus diterima dengan baik di tengah masyarakat.

"Kita memang bukan yang pertama. Tapi, belajar dari Kompas yang dulu juga bukan yang pertama, saya kira kerja keras dan disiplin akan menjadi kata kunci yang menentukan," tutur President Director TV7 August Perengkuhan seraya menambahkan, kekuatan utama stasiun yang dipimpinnya terletak pada sinergi dengan media-media cetak di bawah kelompok Kompas-Gramedia. "Untuk acara memasak, misalnya, ditangani Majalah Sedap Sekejap dan Nova, untuk kesehatan ada Tabloid Senior, untuk acara musik dikerjakan Majalah HAI," August menyebut contoh sinergi yang dimaksud.

Selain itu, TV7 juga merekrut banyak sumber daya handal di bidang televisi dan media di Tanah Air. Arief Prihantoro sendiri misalnya, wajahnya sempat tak asing bagi pemirsa acara berita di RCTI. Dari stasiun yang sama, ikut bergabung pula ke TV7 seorang pembawa berita handal Dana Iswara. Sedangkan untuk urusan public relations, TV 7 mengangkat Uni Z Lubis, mantan Pemimpin Redaksi Majalah Berita Mingguan Panji Masyarakat sebagai managernya. "Tapi, saya juga bantu-bantu di pemberitaan," ujar Uni.

Di balik itu, tak terhindarkan adanya suara-suara yang menuding, bahwa TV7 telah melakukan "pembajakan" sejumlah sumber daya potensial dari stausiun televisi Indosiar. Tapi, President Director TV7 August Parengkuhan punya penjelasan tentang hal itu. "Dulu, Kompas dan Indosiar bekerja membuat rumah produksi yang kemudian menghasilkan acara Horison. Maka, ketika Kompas membangun stasiun TV sendiri, mereka pun kembali ke kandang. Jadi tidak ada pembajakan."

Apapun yang terjadi, TV7 telah hadir dan meramaikan atmosfer pertelevisian di Tanah Air. Ini akan membuka semakin banyak pilihan bagi publik penonton televisi. Tinggal, bagaimana pihak TV7 sendiri konsisten dengan janjinya untuk menjadi stasiun televisi yang menghadirkan program-program alternatif. Yang jelas, "Kita bersaing di content," kata Arief diringi keyakinan bahwa tidak ada orang yang loyal pada statiun TV. "Orang hanya akan loyal pada program," sambung dia. Masyarakat tinggal menunggu, apakah revolusi pada warna merah itu akan dibarengi dengan gebrakan lain yang lebih dari sekedar tampilan. (smu)

Beri tanggapan | Baca tanggapan | Print artikel | Kirim ke teman




Kamus Besar Ilmu Pengetahuan

Kata Kunci : Kanal :
| Beranda | Redaksi | Kotak Pos | Info Iklan | Disclaimer |Powered by Agrakom |