Nasional
Akbar Gandeng Wiranto Hadapi Jusuf Kalla
Kamis, 16 Desember 2004 | 10:23 WIB
TEMPO Interaktif, Nusa Dua: Di tengah optimisme Jusuf Kalla untuk memenangkan pemilihan ketua umum Partai Golkar, Akbar Tandjung menyiapkan strategi baru agar bisa mempertahankan jabatan politiknya itu. Ia mengaku sedang menggalang lobi intensif dengan Jenderal (Purn.) Wiranto, guna menghadapi sang Wakil Presiden.
"Saya dan Pak Wiranto memiliki banyak persamaan," kata Akbar kepada wartawan di arena Musyawarah Nasional ke-VII Partai Golkar, Nusa Dua, Bali, Rabu (16/12). Ia menambahkan, tidak tertutup kemungkinan bagi dirinya dan Wiranto membuat konsesi politik baru.
Ketika ditanya lebih detail tentang rumusan koalisi dirinya dengan Wiranto, Akbar secara diplomatis mengatakan: "Kita tunggu saja." Namun, sumber menyebutkan, mantan Panglima TNI itu akan diplot menjadi ketua Dewan Penasihat.
Indra Bambang Utoyo, anggota tim sukses Wiranto mengakui, Akbar dan Wiranto kini dalam posisi lemah dibandingkan Jusuf Kalla sehingga tidak ada jalan lain kecuali bergabung. Namun, kata dia, Wiranto mengajukan syarat kepada Akbar yakni persyaratan calon ketua umum diubah dan pengurus kabupaten/kota diberi hak suara. "Jika ini berhasil, peta politik pasti akan berubah," katanya.
Menurut sebuah sumber, Wiranto bergeser ke Akbar juga karena merasa "dibohongi" Presiden Yudhoyono, Kalla, dan Ketua DPR Agung Laksono yang sebelumnya juga berniat mencalonkan diri. Menurut dia, dua bulan sebelum dilantik menjadi Presiden, Yudhoyono mendatangi Wiranto dan menyatakan akan mendukung mantan atasannya itu untuk memimpin Golkar.
Sumber itu menuturkan, Wiranto juga merasa dibohongi Agung yang pernah mengatakan "secara emosional dekat dengan Akbar tapi secara rasional mendukung Wiranto". Bahkan, Surya Paloh pun menyatakan akan bekerja sama saling dukung pada pencalonan. "Tapi, nyatanya, mereka mendukung Kalla secara diam-diam. Pak Wiranto tak diajak bicara."
Tentang klaim Jusuf Kalla yang mengaku telah didukung 28 pengurus provinsi pemilik hak suara, Akbar tidak banyak berkomentar. Ia menegaskan, Munas Golkar belum dimulai sehingga calon ketua umum terpilih belum ditentukan. Mantan Ketua DPR itu justru mempertanyakan keinginan Kalla menjadi ketua umum Golkar. Menurut dia, tugas-tugas Kalla dalam membantu Presiden menyelesaikan berbagai persoalan bangsa cukup berat. Demikian juga tugas ketua umum Golkar mendatang. "Golkar tidak mungkin dikelola setengah-setengah. Sebaliknya negara juga tidak boleh dikelola sebagai sambilan," tuturnya.
Di kubu lain, paket Kalla sebagai calon ketua umum, Agung Laksono sebagai calon wakil ketua umum, dan Surya Paloh sebagai ketua Dewan Penasihat mulai diumumkan. Menurut Kalla, 28 pengurus provinsi pendukungnya telah menyetujui paket ini. "Kami bertiga sepakat untuk bersama-sama membesarkan Partai Golkar," kata dia.
Dengan jumlah pendukungnya, Kalla yakin akan terpilih secara aklamasi. Alasannya, suara yang diperebutkan hanya 35 -yakni 33 pengurus provinsi serta dua organisasi pendiri dan organisasi sayap. "Tentunya sudah dapat dicapai musyawarah dan mufakat yang lebih cepat," katanya. Tentang kekecewaan Wiranto kepadanya, Jusuf Kalla tidak banyak menanggapi. Secara diplomatis ia mengatakan bahwa dalam Munas semua berjalan demokratis.
Pada Rabu sore, para pendukung Kalla menandatangani nota dukungan di sebuah hotel milik Surya Paloh di Jimbaran, Bali. Sebelumnya, mereka melakukan pertemuan tertutup selama setengah jam. Tampak dalam pertemuan itu sejumlah tokoh Golkar, termasuk Agung Laksono dan mantan Menteri Sekretaris Negara Muladi yang sebelumnya dikenal sebagai pendukung Wiranto.
Musyawarah Nasional Golkar baru dibuka Kamis (16/12) ini. Menurut rencana, Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri dan suaminya, Taufiq Kiemas, akan hadir. Pemilihan ketua umum ada kemungkinan baru akan dilakukan pekan depan, yang berdasarkan rancangan tata tertib, dilakukan dalam dua tahap.
Jobpie/Rahmadi/Sunudyantoro/Rofiqi/Widiarsi?Tempo
|