Saturday, 29 March 2014
Home Tamu Kita K.H. Ahmad Fahmi Zamzam, M.A.: Bekal dari India untuk Nusantara
K.H. Ahmad Fahmi Zamzam, M.A.: Bekal dari India untuk Nusantara PDF Print E-mail
Friday, 11 January 2013 18:03

www.majalah-alkisah.comHari-harinya disibukkan dengan aktivitas mengajar, berdakwah, dan menulis. Berkeliling secara rutin ke Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Malaysia. Sebulan di Indonesia, setengah bulan di Malaysia.

Sejak ratusan tahun yang lalu, bumi Banjar, Kalimantan Selatan, telah menjadi salah satu ladang subur penghasil ulama terkemuka. Tak terhitung banyak­nya tokoh ulama Banjar yang telah ber­peran besar dalam menyebarkan dak­wah Islam di berbagai daerah. Bukan hanya Kalimantan Selatan yang menjadi wilayah pengabdian mereka. Berbagai tempat di Nusantara, termasuk Malaysia dan negeri-negeri Melayu yang lain, sa­ngat banyak yang merasakannya.

Setelah Syaikh Arsyad Al-Banjari meng­harumkan negeri Banjar dengan dak­wah dan karya-karyanya yang feno­menal, dari waktu ke waktu terus ber­munculan ulama-ulama yang melanjut­kan kiprahnya. Kini, estafet perjuangan itu terus berlanjut dan telah muncul to­koh-tokoh ulama muda yang kemam­puan keilmuannya, peranannya, dan pro­duktivitasnya tak diragukan. K.H. Ahmad Fahmi Zamzam, M.A. adalah sa­lah seorang yang menonjol di antara mereka.

Namanya dikenal bukan hanya di Kali­mantan Selatan atau daerah-daerah lain di Indonesia, melainkan juga di ne­geri-negeri jiran. Sejak lebih dari dua pu­luh tahun yang lalu ia telah mengabdikan dirinya di Kedah, Malaysia, dan di tem­pat-tempat lain, di samping terus meng­ajar dan berdakwah di Kalimantan Selat­an, Kalimantan Tengah, Kalimantan Ti­mur, dan daerah-daerah lain di Indonesia.

Yang menarik, tidak seperti keba­nyakan  tokoh ulama lain di Indonesia, ia lama menimba ilmu di India, setelah se­belumnya mempelajari ilmu-ilmu da­sar di berbagai tempat di Kalimantan dan Jawa.

Kini, hari-harinya terus disibukkan de­ngan aktivitas mengajar dan berdak­wah, di samping terus menulis, dan ber­keliling secara rutin ke Kalimantan Se­latan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Malaysia. Sebulan di Indone­sia, setengah bulan di Malaysia. Begitu­lah yang dijalaninya secara rutin.

 

Dianugerahi Gelar “Al-Maliki”

K.H. Ahmad Fahmi bin Zamzam, M.A.,  yang nama penanya “Abu Ali Al-Ban­jari An-Nadwi Al-Maliki”, lahir di Amuntai, dekat Banjarmasin, Kalimantan Se­latan, pada 9 Juni 1959. Pendidikan awalnya didapat di kampungnya sendiri. Seterusnya pada tahun 1973-1978, ia melanjutkan pelajarannya di Pondok Pe­santren Darussalam Martapura, Kali­man­tan Selatan.

Pada tahun 1979, ia melangkahkan kaki ke Jawa untuk melanjutkan pelajar­annya di Yayasan Pesantren Islam (YAPI) di Bangil, Jawa Timur. Pada ta­hun 1980, langkahnya semakin jauh. Ia melanjutkan pendidikannya di Nadwatul Ulama, Lucknow, India, di bawah asuh­an tokoh ulama sangat terkemuka di dunia Islam, Sayyid Abul Hasan Ali Al-Hasani An-Nadwi (wafat 1420 H/1999 M) hingga memperoleh ijazah pertama (BA) pada tahun 1983.

Banyak ilmu yang didapatnya dari Sayyid Abul Hasan An-Nadwi dan para tokoh ulama lain di sana. Betapa cinta­nya dan dekatnya ia dengan gurunya ini hingga ia sangat berduka ketika beliau berpulang ke rahmatullah. “Saya sendiri merasakan, kepergiannya merupakan satu kehilangan yang tak tergantikan.... Setelah saya menerima berita kematian­nya lebih kurang setengah jam dari ke­jadian, saya terus menghubungi semua kawan yang pernah belajar di Nadwatul Ulama Lucknow, India.” Begitu di antara­nya yang ia tuturkan dalam pengantar bukunya, Al-Alim Al-Allamah Samaha­tusy-Syaikh As-Sayyid Abul Hasan Ali Al-Hasani An-Nadwi, Sejarah Hidup dan Pemikirannya.

Pada tahun 1984, Ustadz Fahmi Zam­zam berkunjung ke negeri Kedah, Ma­laysia, dan tinggal di Ma‘had Tarbiyah Islamiyah Derang, Pokok Sena, Kedah. Inilah awal mula pengabdiannya di sana.

Pada tahun 1985 ia kembali ke India untuk menyelesaikan pelajarannya pada tingkat sarjana (MA) dalam bidang Dak­wah dan Sastra Arab yang diselesaikan­nya tahun 1987.

Pada tahun 1988, Ustadz Ahmad Fahmi sempat berguru di Makkah ke­pada Syaikh Muhammad Yasin Al-Fa­dani (wafat 1410 H/1990 M) dan mem­peroleh Ijazah ‘ammah dalam ilmu hadits dari gurunya itu. Ia juga sempat berguru dengan Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki Al-Hasani (wafat 1425 H/2004 M), hingga dianugerahi oleh guru yang sa­ngat mencintai dan dicintainya ini gelar “Al-Maliki” pada tahun 2002 atas pema­ham­annya yang mendalam dalam persoalan-persoalan agama.

Ustadz Ahmad Fahmi Zamzam telah ber­khidmat lebih dari 20 tahun di Ma‘had Tarbiyah Islamiyah, Derang, Kedah, da­lam usaha mendidik tunas-tunas muda dan memimpin mereka ke jalan Allah.

Pada tahun 2001, ia mendirikan Pon­dok Pesantren Yayasan Islam Nurul Hi­dayah (YASIN) di Muara Teweh, Kali­man­tan Tengah. Seterusnya pada tahun 2003, ia mendirikan Pondok Pesantren YASIN yang kedua di Banjarbaru, Kali­mantan Selatan. Dan yang ketiga, pada tahun 2009, ia membangun lagi pondok pesantren di Balikpapan, Kalimantan Timur. Oleh karena itu, sejak tahun 2001, ia senantiasa pulang pergi antara Malay­sia dan Indonesia.

Ia juga diberi amanah memimpin Ma­jelis Ulama Indonesia Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah, periode 2004-2009.

Selama di Kedah, Ustadz Ahmad Fah­mi Zamzam sering menyampaikan pengajaran di masjid-masjid, terutama di Kedah. Sebagai seorang guru yang tinggi ilmunya, pengajaran-pengajaran­nya mendapat sambutan hangat dari masyarakat.

Selain itu, ia juga diminta oleh Radio RTM Kedah untuk mengisi ruang Ke­musy­kilan Agama (Masalah-masalah Agama), yang disiarkan secara langsung sejak tahun 1994 sehingga 2001. Melalui acara tersebut, ia membantu masya­rakat dalam menyelesaikan masalah-ma­salah agama berkaitan dengan ke­hidupan keseharian.

 

Produktif Menulis Kitab

Walaupun sibuk dengan kegiatan mengajar, Ustadz Fahmi Zamzam telah mengarang pelbagai kitab. Ia memang seorang penulis yang berbakat. Sampai kini, ia telah menulis 16 buah buku:

1.   Empat Puluh Hadits Peristiwa Akhir Zaman (edisi Arab Melayu dan Latin). Kitab ini membicarakan tanda-tanda Kiamat yang telah dan sedang kita alami. Selesai ditulis pada 7 Rajab 1411 H, bertepatan dengan 23 Januari 1991 M. Kitab ini diterbitkan oleh Khazanah Banjariah, dan dice­tak untuk kedua kalinya pada tahun 2000.

2.   Empat Puluh Hadits Penawar Hati (edisi Arab Melayu dan Latin). Kitab ini membicarakan cara-cara mera­wat hati yang dipenuhi kekotoran dan dosa, melalui hadits-hadits pilihan. Selesai ditulis pada 9 Ramadhan 1412 H, bertepatan dengan 14 Maret 1992. Kitab ini diterbitkan oleh Khazanah Banjariah dan dicetak kali kelima pada tahun 2003.

3.   Empat Puluh Hadits Akhlak Mulia (Arab Melayu dan Latin). Kitab ini memuat contoh-contoh terbaik akh­laq Rasulullah SAW. Diterbitkan oleh Khazanah Banjariah dan dicetak pertama kali pada tahun 2004.

4.   Terjemahan Empat Puluh Hadits Ke­lebihan Ilmu dan Ulama (Arab Me­layu dan Latin). Kitab ini berbicara ten­tang kelebihan ilmu dan ketinggi­an derajat para ulama yang ditulis oleh K.H. Muhammad Syukri bin Unus Al-Banjari. Biasanya diajarkan pada permulaan tahun pengajian. Kitab ini selesai diterjemahkan pada 21 Muharram 1425 H, bertepatan de­ngan 13 Maret 2004.

5.   Terjemahan Bidayah al-Hidayah (Arab Melayu dan Latin). Kitab ini merupakan kitab tasawuf karangan Imam al-Ghazali, yaitu intisari dari karyanya, Ihya Ulumiddin. Selesai di­tulis pada hari Kamis, 16 Rabi’ul Awal 1414 H, bertepatan dengan 2 Sep­tember 1993, di Az-Zawiyah Al-Gha­zaliyah, Damaskus.

6.   Terjemahan Ayyuhal Walad (Arab Melayu dan Latin). Kitab ini merupa­kan terjemahan dari karya Al-Gha­zali, yang mengandung nasihat ke­pada anak-anak.

7.   Terjemahan Ya Bunayya (Arab Me­layu dan Latin). Kitab ini memuatkan 40 nasihat Imam Ibnul Wardi kepada anak-anak remaja, dengan terjemah­an dan uraian oleh Ustadz Ahmad Fahmi. Selesai ditulis pada hari Ka­mis, 20 Rabi’ul Awwal 1425 H, ber­tepatan dengan 13 Mei 2004 di Mas­jid Takiyah 21 Sulaimaniyah, Damas­kus, Syria.

8.   Terjemahan Bustan al-Arifin (Arab Melayu dan Latin). Kitab ini adalah kitab tasawuf karangan Imam An-Nawawi yang mengandung nasihat dan petunjuk bagi orang-orang yang berusaha untuk menuju ma’rifatullah. Selesai ditulis pada hari Senin 2 Rabi’ul Awwal 1416 H, bertepatan dengan 28 Agustus 1995, di Darul Hadits Al-Asyrafiyyah, Damaskus.

9.   Terjemahan Qashidah Burdah, karya Imam Al-Bushiri. Kandungan utama qasidah ini ialah puji-pujian kepada Rasulullah SAW, perjuangannya, dan para sahabatnya. Kitab ini sele­sai ditulis pada 27 Muharram 1419 H, bertepatan dengan 23 Mei 1998. Diterbitkan oleh Khazanah Ban­jariah, dan dicetak kali keempat pada tahun 2008.

10. Kiamat Hampir Tiba. Mencerita­kan peristiwa-peristiwa sebelum kelahir­an Dajjal, semasa kemunculan Daj­jal, dan setelah terbunuhnya Dajjal, hingga terjadi Kiamat. Selesai ditulis pada 23 Jamadil Akhir 1418 H, bertepatan dengan 25 Oktober 1997.

11. Sejarah Perkembangan Islam di India. Menceritakan sejarah masuk­nya Islam ke India dan perkembang­annya. Kitab ini diterbit oleh Khaza­nah Banjariah dan dicetak pada ta­hun 1992.

12. Sejarah Hidup Sayyid Abul Hasan al-Nadwi. Kitab ini menceritakan se­jarah hidup dan pemikiran seorang to­koh ulama semasa yang banyak mengupas ihwal pendidikan, kesufi­an, peradaban, politik, dan pemikir­an. Selesai ditulis pada 28 Dzulhijjah 1420 H, bertepatan dengan 3 April 2000. Diterbitkan oleh Khazanah Banjariah, Pokok Sena, Kedah, dan dicetak pertama kali pada tahun 2000.

13. Sejarah Hidup Sayyid Muhammad Alwi al-Maliki dan Pemikirannya. Kitab ini membicarakan tokoh ulama yang sangat terkenal di Makkah, keturunan Rasulullah melalui jalur Al-Hasan bin Ali bin Abi Talib. Selesai ditulis pada 2 Muharram 1426 H, ber­tepatan dengan 11 Februari 2005. Diterbitkan oleh Khazanah Banjariah dan dicetak kali pertama pada tahun 2005.

14. Tahqiq kitab Sayr as-Salikin (Arab Melayu dan Latin). Kitab Sayr as-Salikin merupakan terjemahan atas karya Imam Al-Ghazali, Lubab Ihya Ulumiddin, yang ditulis oleh Syaikh Abdush Shamad Al-Falimbani. Kitab ini terdiri dari empat jilid. Membicara­kan perjalanan seorang salik dalam melaksanakan ibadah kepada Allah.

15. Tahqiq kitab Hidayah as-Salikin (Arab Melayu dan Latin). Kitab Hida­yah as-Salikin merupakan terjemah­an karya Imam Al-Ghazali, Bidayah al-Hidayah, yang ditulis oleh Syaikh Abdush Shamad Al-Falimbani. Sele­sai disunting oleh Ustadz Fahmi Zam­zam pada hari Rabu, 12 Dzul­qa‘dah 1426 H, bertepatan dengan 14 Disember 2005. Kitab ini diterbit­kan oleh Khazanah Banjariah dan Pustaka Suhbah, dan dicetak untuk kedua kali pada tahun 2008.

16. Bekal Akhirat. Kitab ini merupakan himpunan surah pilihan, dzikir, hizib, shalawat, doa, qashidah, wirid, dan thariqah. Diterbitkan oleh Khazanah Banjariah, dan dicetak untuk keem­pat kalinya pada tahun 2004.

AY


Pasang iklan dilihat ribuan orang? klik > murah dan tepat sasaran">Serbuanads >> MURAH dan TEPAT SASARAN

 

 

Add comment


Security code
Refresh