Dahulu kala, ada seorang raja meskipun menikmati kekayaan dan berkekuasaan yang besar, tetapi hidupnya tidak bahagia, dia ingin tahu bagaimana supaya bisa menjadi bahagia, tetapi seluruh menterinya tidak bisa menjawab pertanyaannya. Oleh sebab itu raja menunjuk seorang menterinya pergi mencari seorang yang bahagia, menanyakan resep kebahagiaannya.
Menteri yang diutus beranggapan orang kaya dan berkuasa, adalah orang yang paling bahagia, lalu dia pergi mengunjungi keluarga menteri hukum, kemudian dia menyadari keluarga ini sama sekali tidak bahagia; kemudian dia pergi menginterview seorang yang paling kaya di negeri ini, walaupun hartawan itu mempunyai kekayaan yang tidak kalah dengan raja, tetapi kehidupannya sangat tidak bahagia. Menteri ini bingung orang yang kaya dan berkuasa tidak bahagia, jadi harus kemana lagi mencari orang yang bahagia?
Pada suatu hari di jalanan dia melihat seorang kakek sedang bermain-main dengan seorang anak kecil, mendengar suara tertawa mereka yang gembira, nampaknya mereka sangat bahagia, lalu dia bergegas berjalan ke tempat kakek tersebut bertanya kepadanya, "Kakek, apakah engkau berbahagia?"
Kakek tersebut menjawab, "Bahagia, tentu saja saya sangat bahagia!".
Menteri tersebut kemudian bertanya kepada kakek tersebut resep apa yang membuat dia berbahagia.
Kakek tersebut berkata: "Anak cucu mempunyai berkat mereka sendiri, hanya melepaskan, lapangkan dada, dengan demikian bahagia mempunyai tempat untuk singgah di hati!"
Bahagia sebenarnya sangat sederhana, belajar melepaskan, lapangkan dada. Tetapi di kehidupan dunia yang gemerlapan ini hanya ada berapa orang yang bisa benar-benar melepaskan?