Jakarta.go.id
Login  •  Signup

Beranda Ensiklopedi
CARI DI ENSIKLOPEDI

Topik Terkait

 
 

Negara, Istana

Share

Salah satu dari enam istana kepresidenan Republik Indonesia. Istana ini terletak di Jl. Rijswijk (sekarang Jl. Veteran) No. 17, Jakarta Pusat, berhadapan dengan Kali Ciliwung, diapit oleh gedung Bina Graha dan Sekretariat Negara. Bersama Istana Merdeka, istana ini berada dalam satu pekarangan dalam posisi bertolak belakang, sehingga sering kali dijuluki sebagai "Istana Kembar". Dibangun pada tahun 1796 sebagai rumah peristirahatan luar kota dalam gaya 'klasisisme tertutup'. Satu kawasan dengan Hotel der Nederlanden dan Istana Merdeka. Pada mulanya milik van Isseldijk, seorang pejabat Raad van Indie kemudian kepemilikan berpindah pada JA. van Braam. Saat Indonesia berada di bawah kekuasaan Inggris itulah Gedung Istana Negara dibangun menjadi sebuah istana yang megah dengan gaya arsitektur Neoklasik dan dijadikan tempat terhormat. Karena di istana itu pula Letnan Jenderal Raffles (1811-1816) tinggal bersama orang-orang penting lainnya.

Kemudian pada tahun 1821 dibeli oleh pemerintah kolonial untuk dijadikan tempat kediaman gubernur jenderal apabila berurusan di Batavia sebab kediaman resminya di Istana Bogor. Rumah van Braam atau Istana Rijswijk dipilih untuk kepala koloni. Istana Rijswijk resminya disebut Hotel van den Gouverneur-Generaal, untuk menghindari kata 'istana'. Karena gedung Istana Negara dirasa sudah terlalu sempit, maka pada abad ke-19 perlu menambahkan istana baru pada kaveling yang sama, khususnya untuk berbagai upacara resmi yang dihadiri banyak orang. Istana tambahan ini menghadap ke Lapangan Merdeka dan kemudian lebih dikenal dengan nama Istana Merdeka.

Gubernur Jenderal Baron van Der Cappellen merupakan orang pertama yang menggunakannya sebagai tempat tinggal sekaligus kantor. Selain itu gedung inipun sering dipergunakan untuk tempat menginap para pegawai tinggi pemerintah Hindia Belanda setelah mengikuti sidang Dewan Hindia Belanda (Raad van Indie) setiap kali diadakan di Batavia. Hingga masa Gubernur Jenderal Du Bus de Ghisignies (1826-1830) masih tetap memfungsikan Istana Negara sebagai tempat tinggal, kantor, dan tempat sidang. Pada tahun 1942, Gubernur Jenderal Tjarda Van Starkenborch menandatangani perjanjian menyerahkan pemerintahannya kepada bala tentara Jepang di gedung ini juga. Tanggal 8 Maret 1942, ia menyerahkan kendali kekuasaan kepada angkatan perang Jepang pimpinan Letnan Jenderal Hitoshi Imamura di Kalijati, Subang. Sejak itu, istana dihuni oleh panglima Angkatan Perang Jepang yang menguasai wilayah Jawa dan Madura.

Pada masa pemerintahan Jepang fungsi Istana Negara sebagai tempat Siko Shikikan (panglima Tentara Jepang) yang berkuasa atas wilayah Indonesia, yaitu Hitosji Imamura (1942-1943), Kumakichi Harada (1943-1945), dan Jenderal Yamaguchi. Setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Presiden Soekarno juga tinggal di Istana Negara sampai pengakuan kedaulatan 27 Desember 1949. Tanggal 25 Maret jam 17.30 di Istana Negara yang saat itu masih disebut Istana Rijswijk berlangsung penandatanganan Perjanjian Linggarjati antara delegasi Indonesia yang diwakili oleh perdana menteri Sutan Sjahrir dan delegasi Belanda di bawah pimpinan Dr. van Mook. Kemudian juga menjadi tempat penandatanganan naskah perundingan antara Indonesia-Belanda pasca Konferensi Meja Bundar.

Istana Negara memang bukan bangunan yang artistik, namun tampak anggun. Bangunannya tidak mempunyai serambi yang luas dan terbuka seperti banyak rumah kediaman atau Indisch Woonhuis di Jakarta. Serambi yang ditambahkan kemudian sedikit melingkar dengan tangga disamping kiri dan kanannya. Dari tempat ini orang dapat keluar masuk istana melalui kelima pintu yang lebar dan semuanya menghadap Jl. Veteran. Di tengah-tengah gedung terdapat ruang makan dengan gaya klasisme dengan pilar-pilar di sepanjang kedua sisi ruangan. Langit-langit memperlihatkan dekorasi bagus (mirip dengan pola renda-renda Ambon). Di ruangan ini pula berbagai perjamuan kenegaraan berlangsung.

Arsitektur Bangunan Istana Negara bercat putih dengan penampilan arsitektur gaya Eropa bersumber dari seni arsitektur Yunani. Dua buah pas penjagaan mengapit pintu gerbang. Pagar depan halamannya menyatu dengan pagar halaman gedung Bina Graha dan Kantor Sekretariat negara. Terdapat dua paviliun di kiri dan kanan yang menghadap ke gedung induk. Paviliun ini semula digunakan sebagai tempat tinggal staf dan ajudan Gubernur Jenderal, sedang sebelah kiri digunakan sebagai kantor bagi staf rumah tangga kepresidenan. Dua bangunan agak terpisah di halaman depan adalah kandang kuda yang kini digunakan sebagai garasi. Salah satu garasi yang terdapat di sebelah barat digunakan sebagai pos komando pasukan pengawal Presiden. Sebagian lain digunakan sebagai tempat pertemuan para karyawan. Istana Negara terbuka untuk umum. Untuk mengunjunginya orang bisa datang berombongan atau perorangan, setelah meminta ijin terlebih dahulu kepada pihak istana.

 

 

Hits: 2916
encyclopedia/fadcfb9954480f8efdb9ead33995f18c
Istana Negara

Paling Populer

 
 
© 1995 - 2010 Dinas Komunikasi, Informatika dan Kehumasan Pemprov DKI Jakarta
Jl. Medan Merdeka Selatan 8-9 Blok F Lt 1 Telp: (+6221)3822255 Fax: (+6221)3822255 email: dki@jakarta.go.id | site map