Arungkeke, Jeneponto

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Lompat ke: navigasi, cari
Arungkeke
Kecamatan
Negara  Indonesia
Provinsi Sulawesi Selatan
Kabupaten Jeneponto
Pemerintahan
 • Camat -
Luas - km²
Jumlah penduduk -
Kepadatan - jiwa/km²
Desa/kelurahan -

Arungkeke adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, Indonesia.

Kecamatan Arungkeke merupakan salah satu dari 11 Kecamatan di Kabupaten Jeneponto yang berbatasan dengan Kecamatan Batang di sebelah utara, Laut Flores di sebelah timur, Kecamatan Binamu di sebelah barat dan Laut Flores di sebelah selatan dengan ibu kota kecamatan di desa Arungkeke. Dari delapan desa di Kecamatan Arungkeke, sebanyak tujuh desa diantaranya merupakan daerah pantai dan hanya satu desa lainnya merupakan daerah bukan pantai.

Desa[sunting | sunting sumber]

Jumlah desa/kelurahan Kecamatan Arungkeke adalah sebanyak delapan desa, antara lain:

- Arpal

- Arungkeke

- Arungkeke Pallantikang

- Borong Lamu

- Bulo-Bulo

- Kalumpang Loe

- Kampala

- Palajau

Geografis[sunting | sunting sumber]

Menurut jaraknya, maka letak masing-masing desa ke ibu kota kecamatan dan ibu kota kabupaten sangat bervariasi. Jarak desa ke ibu kota Kecamatan maupun ke ibu kota Kabupaten berkisar 4-14 km. Untuk jarak terjauh adalah Desa Arungkeke Pallantikang yaitu sekitar 17 km dari ibu kota Kabupaten (Bontosunggu), sedangkan untuk jarak terdekat adalah Desa Kalumpang Loe. Kecamatan Arungkeke terdiri dari delapan desa dengan luas wilayah 29,91 km2. Boronglamu memiliki wilayah terluas yaitu 7,23 km2, sedangkan yang paling kecil luas wilayahnya adalah Desa Arungkeke Pallantikang yaitu 2,73 km2.[1]

Hasil pencatatan hari hujan dan curah hujan di Kecamatan Arungkeke menunjukkan jumlah rata-rata hari hujan selama setahun sebanyak 19 hari sedangkan curah hujan sebanyak 2.980 mm.[2]

Sosiologis[sunting | sunting sumber]

Sebagian penduduk di Desa Arungkeke bekerja atau menggantungkan kehidupannya sebagai penambak garam. Garam merupakan salah satu kebutuhan yang merupakan pelengkap dari kebutuhan pangan dan merupakan sumber elektrolit bagi tubuh manusia. Walaupun Indonesia termasuk negara kepulauan, usaha meningkatkan produksi garam belum diminati, termasuk dalam usaha meningkatkan kualitas garam tersebut.

Dilihat dari sumber mata pencaharian menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang bekerja, sebagai:

  • Petani pangan, sebanyak 3.278 orang.
  • Peternak, sebanyak 197 orang.
  • Tambak dan Nelayan, sebanyak 942 orang.

Penduduk yang bekerja di luar sektor pertanian antara lain;

  • Perdagangan sebanyak 529 orang.
  • Industri, 98 orang.
  • Angkutan, 609 orang.
  • Jasa, 268 orang.
  • Adapun penduduk yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil dan ABRI sebanyak 265 orang.[3]



Catatan Kaki[sunting | sunting sumber]

  1. ^ [1]
  2. ^ [2]
  3. ^ [3]