Kata "BELU" menurut penuturan para tetua adat bermakna persahabatan yang bila diterjemahkan secarah harafiah ke dalam bahasa Indonesia berarti teman atau sahabat. Ini merupakan makna simbol yang mendeskripsikan bahwa pada zaman dahulu para penghuni Belu memang hidup saling memperhatikan dan bersahabat dengan siapa saja. Namun secara politis oleh Pemerintah Belanda, Belu dibagi menjadi dua bagian yaitu Belu bagian utara dan Belu bagian selatan, yang hingga sekarang masih terasa pengaruhnya.
Masa Kependudukan Belanda
Masa Kependudukan Belanda
- 1966-1911 : Atapupu pernah jadi pusat Pemerintahan Hindia Belanda untuk kawasan ini. Sebelumnya Belanda menjalankan pemerintahan dari Kupang (ibu kota propinsi NTT sekarang).
- 1911-1916 : Beredao, yang terletak di tapal batas dengan Timor Portugis, telah menjadi Benteng Pertahanan Belanda.
- 1916-1942 : Pusat Pemerintahan Belanda pindah dari Atapupu ke Atambua (Ibu Kota Kabupaten Belu sekarang).
- 20 September 1923 : Controleur Belu, Van Raesfild Meyer menerbitkan memori tentang Struktur Pemerintahan di Wilayah Belu, yang meliputi seluruh wilayah Belu plus Insana, dan Biboki di TTU (sekarang).
- 20 Pebruari 1942 : Tentara Jepang mendarat di Batulesa, Kab. Kupang (sekarang), di bawah pimpinan Jendral Hayakawa.
- 8 Maret 1942 : Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang.
- April 1942 : Tentara Dai Nippon masuk Atambua. Controleur Belanda, Mr. H.C. de Haan dan keluarga ditawan.
- Pemerintahan Jepang di Belu dikendalikan dari laut oleh Onderafdelling yang dipimpin pembesar Jepang dengan sebutan : Atambua Bun Ken.
- Romusha : Sistem kerja paksa diterapkan Jepang atas rakyat Belu. Rakyat wajib membuat lubang-lubang perlindungan dan pertahanan bagi tentara Jepang (masih ada di Teluk Gurita sampai sekarang).
- 6-8 Agustus 1945 : Jepang menyerah kepada AS (sekutu), atas seruan Kaiser Tenno Heika. Berakhir pula pendudukan tentara Dai Nippon di Indonesia termasuk Belu.
- 29 Oktober 1958 : Lahirlah UU No. 69 Tahun 1958, tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan terbentuk pula Daerah Tingkat II Belu.
- Pejabat Pemerintahan Belu : Alfonsius Andreas Bere Tallo sebagai Kepala Daerah Tingkat II Belu.
- 20 Mei 1959 : DPRD Peralihan Daerah Tk. II Belu yang terdiri dari 15 Anggota dengan Ketua B.J Manek dan Wakil Ketua C. Mau.
- 16 Pebruari 1960 : Bupati pertama terpilih atas nama A.A. Bere Tallo, dan dilantik oleh Gubernur NTT W.J. Lalamentik pada 9 Mei 1960.