Ada 'Planet Avatar' Kawasan Tambang Freeport Papua

News - Suhendra, CNBC Indonesia
19 August 2019 12:43
Lokasi tambang Freeport tak hanya menyuguhkan hasil mineral berharga, tapi bentangan alam yang menakjubkan.
Tembagapura, CNBC Indonesia - Cerita soal 'gunung emas' hampir jadi legenda di banyak peradaban dunia. Kisah Jean Jacques Dozy, geolog Belanda, yang sempat melakukan catatan geologis di daerah yang sempat disebut sebagai Ertsberg pada 1936 menginspirasi orang-orang setelahnya.

Dari catatan Dozy ini lah kisah nyata 'gunung emas' berhasil tersibak. Ia seolah membuka pintu masuk dari sebuah perjalanan panjang korporasi tambang emas Amerika Serikat menggali mineral tambang di Papua yang kini dikenal sebagai Freeport. Sejak menambang Erstberg pada 1972 dan menemukan tambang lain Grasberg, Freeport nyaris setengah abad menambang di Papua.

CNBC Indonesia berkesempatan mengunjungi wilayah operasi tambang PT Freeport Indonesia (FI), 16 Agustus 2019 lalu. Tambang Freeport kini semenjak akuisisi 51% saham oleh pemerintah Indonesia via Inalum pada akhir 2018 lalu memang punya sisi emosional. Sampai-sampai Menteri ESDM Ignasius Jonan mengambil risiko keamanan dengan melakukan upacara bendera dalam rangka HUT ke-74 RI di Tembagapura pada ketinggian lebih dari 2.000 meter di atas permukaan laut (mdpl).



Tidak mudah memang untuk menjangkau salah satu wilayah kerja tambang terpencil ini. Jangankan lokasi tambang utama, Grasberg yang berada di ketinggian 4.200 mdpl--hanya berselisih 600 dpl lebih rendah dari puncak tertinggi Carstensz. Untuk mencapai Kota Tembagapura saja, butuh waktu berjam-jam dari Kota Timika bila menggunakan jalan darat, transportasi tercepat menggunakan helikopter.

Perjalanan dimulai dari Bandara Timika. Pada Jumat (16/8) pagi yang sangat cerah mendukung penerbangan dengan menggunakan helikopter MI-17 yang mampu mengangkut lebih dari selusin penumpang.

Beberapa menit lepas landas dengan helikopter, sejauh mata memandang terlihat hijau royonya hutan, sungai-sungai yang meliuk-liuk dengan sedimentasi tebal. Di sisi utara samar-samar siluet barisan Pegunungan Tengah tampak terlihat.

Semakin dekat dengan kawasan Pegunungan Tengah, penampakan gunung-gunung batu yang dominan ditumbuhi hijaunya pohon, diselingi guratan-guratan putih warna putih pucat berkilap karena pendaran sinar matahari semakin membuat siapapun yang melihat akan dibuat takjub.

Keindahan gunung-gunung batu itu kian sempurna, dengan kehadiran banyaknya air terjun tinggi berceceran di sela-sela lembah-lembah curam gunung-gunung batu yang sedikit diselumuti kabut. Ini membuat penampakan banyak air terjun terhalang timbul tenggelam dari pandangan mata.

Suguhan pemandangan di Pegunungan Tengah ini mengingatkan dengan imaji dari film-flim Holywood. Bagi yang pernah menonton film Avatar, penampakan batu-batu kapur menggantung dan pepohonan dengan air terjun tumpah melayang-layang di udara.

Sekitar 20 menit dari Timika, helikopter sudah mendarat di salah satu tepi punggungan yang landai, yang sekelilingnya jurang dalam. Lokasi ini disebut 'Aing Bugin' atau Mile 66, yang berada di ketinggian 2200 mdpl. Lokasinya sedikit di atas Kota Tembagapura yang tersohor karena jadi pusat wilayah operasi tambang Freeport di Grasberg.

Hanya butuh waktu sekitar 15 menit menggunakan bus "Western" dengan kaca jendela berlapis anti-peluru, untuk mencapai Kota Tembagapura yang berketinggian sekitar 2.000 mdpl dari Aing Bugin.


Dengan helikopter dan bus, hanya butuh sekitar 35 menit untuk menuju Tembagapura dari Timika. Bandingkan dengan jalan darat butuh 3 jam membelah hutan dengan jalan yang belum beraspal.


Di Tembagapura, tersuguh juga hamparan gunung batu dengan warna putih kelimis dan cokelat keemasan dari proses kimiawi sulfida besi. Banyak aliran Air terjun mengalir yang seolah-olah berlomba menuruni tebing ke Kota Tembagapura yang relatif lebih datar dari kawasan sekitarnya. Pemandangan semacam ini terus tersaji hingga zona pertambangan Grasberg di ketinggian 4200 mdpl.

Untuk menuju tambang Grasberg yang tersohor itu, hanya butuh kurang lebih 1 jam dengan bus tambang Freeport dari Tembagapura. Sebelum sampai ke area Grasberg, ada lokasi yang disebut 'Ridge Camp' atau Mile 74, di kawasan ini terdapat pusat pengendali tambang bawah tanah dan tempat tinggal bagi sekitar ribuan pekerja operasi tambang Freeport. Hanya butuh sekitar setengah jam dari Kota Tembagapura. Untuk mencapai lokasi ini, harus melintasi terowongan sepanjang 900 meter pada ketinggian 2.400 mdpl.


Setelah melintasi Ridge Camp, perjalanan darat dengan bus berakhir di sebuah zona pemprosesan material tambang. Di lokasi ini juga perjalanan ke Grasberg harus dilalui melalui kereta gantung di ketinggian 2800 mdpl. Kereta gantung yang memuat lebih dari 2 lusin penumpang ini membawa penumpang ke zona yang mendekati tambang terbuka atau open pit Grasberg. Di kawasan ini ada  area pabrik concentrating atau stock pille yaitu tempat penampungan bijih tambang dari Undrerground dan Grasberg.

Perjalanan dilanjutkan dengan bus kembali, ke area bibir tambang Grasberg, atau yang biasa disebut Overlook Bunaken. Di lokasi berada di ketinggian 4.230 mdp, samar-samar salju abadi Puncak Jaya Wijaya, nampak malu-malu, karena hanya terlihat sekali-kali karena jarak pandang cepat tertutup kabut. Puncak Carstensz yang menjadi titik tertinggi di Pegunungan Tengah, siang itu justru tak tampak karena kabut tebal, padahal bila cuaca cerah, pucuk tertinggi di Indonesia itu akan jelas terlihat.

Ada 'Planet Avatar' Kawasan Tambang Freeport Papua Foto: Pegunungan di Tembagapura (CNBC Indonesia/Suhendra)
Artikel Selanjutnya

Hendropriyono Sebut Ada Orang RI Mau Beli Freeport McMoRan


(hoi/hoi)
Terpopuler
    spinner loading
Features
    spinner loading