SEKILAS TENTANG PONDOK PESANTREN AL-ANWAR 1

Pondok pesantren Al-Anwar 1 merupakan pondok murni rintisan dari Al-Maghfurlah Syaikhina K.H. Maimoen Zubair, bukan merupakan pondok peninggalan. Sepulang beliau dari studi di Makkah Al-Mukarromah, banyak santri yang berdomisili di pesantren Sarang yang berkeinginan untuk belajar kepada beliau. Maka pada tahun 1967 M. dibangunlah sebuah mushalla sederhana yang terletak di muka ndalem beliau sebagai tempat untuk para santri yang mengaji. Disitulah awal mula cikal-bakal PP. Al-Anwar.

Melihat besarnya animo dari para santri yang berkeinginan nyantri dan khidmat kepada beliau, maka dengan bangunan seadanya, mushalla tersebut dijadikan sebagai pondok. Bangunan sederhana tersebut mereka gunakan untuk menginap sekaligus untuk tempat mengaji dan khidmat kepada Al-Maghfurlah K.H. Maimoen Zubair. Oleh mereka sendiri pondok yang diasuh oleh putra Al-Maghfurlah K.H. Zubair Dahlan ini diberi nama POHAMA yang merupakan singkatan dari “Pondok Haji Maimoen”. Kemudian selang beberapa tahun untuk mengenang Abah beliau Al-Maghfurlah K.H Zubair Dahlan yang sebelum menunanikan ibadah haji bernama Al-Maghfurlah K.H. Anwar, maka nama POHAMA dirubah menjadi PP. Al-Anwar.

PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN

Perkembangan jumlah santri PP. Al-Anwar cukup pesat sehingga menuntut adanya pembangunan dibidang fisik. Pada tahun 1971 M. mushalla direnovasi dengan menambahkan bangunan diatasnya yang kemudian disebut dengan Khos Darussalam (DS) dan juga dibangun sebuah kantor yang berada di sebelah selatan ndalem Al-Maghfurlah K.H. Maimoen Zubair. Seiring dengan bertambahnya para santri maka pembangunan secara fisik pun terus dilakukan, tercatat pada tahun 1973 M. dibangun Khos Darun Na’im (DN), tahun 1975 M. Khos Nurul Huda (NH), tahun 1980 M. Khos Al-Firdaus (AF), dan masih banyak lagi pembangunan fisik yang lain.

Seiring dengan perkembangan PP. Al-Anwar, berawal dari sebidang tanah yang dimiliki Al-Maghfurlah Syaikhina K.H. Maimeon Zubair dan hasil pembelian tanah milik tetangga, juga termotivasi akan kondisi masyarakat sekitar pada saat itu yang belum rutin mengerjakan shalat lima waktu serta minimnya kemampuan mereka dalam membaca Al-Qur’an, maka pada tahun 1977 M. Al-Maghfurlah Syaikhina K.H. Maimoen Zubair bersama istri beliau Al-Maghfurlaha Nyai Hj. Masthi’ah merintis berdirinya Pondok Pesantren Putri Al-Anwar dengan membangun mushalla di belakang rumah yang semula berdindingkan anyaman bambu gedhek.

Lambat laun masyarakat sekitar menunjukkan perubahan. Mereka mulai suka pergi ke mushalla untuk mengikuti segala kegiatan yang dilakukan di sana. Mulai dari sholat berjama’ah, Dziba’iyyah yang dilakukan setiap malam jum’ah, dan juga banyak anak-anak mereka yang mulai menetap di mushalla. Sejak itu PP. Al-Anwar Putri juga mengalami perkembangan sampai sekarang.

Pada tahun 1995 M. Syaikhina K.H. Muhammad Najih Maimoen, putra kedua Al-Maghfurlah Syaikhina K.H. Maimoen Zubair yang juga alumni dari pesantren Abuya Sayyid Muhammad Alawy Al-Maliky – Makkah Al-Mukarromah merintis Khos Darussohihain (DH) di bawah pengawasan Abuya Sayyid Muhammad Alawy Al-Maliky. Kemudian didirikan pula Khos yang dikhususkan sebagai wadah bagi santri putri yang berkeinginan menghafal Al-Qur’an pada tahun 1996 M. dibawah asuhan Ibu Nyai Hj. Mutammimah Najih Maimoen yang notabenenya adalah Haamilatul Qur’an.

Perkembangan sarana dan prasarana terus berjalan, termasuk dibangunnya Gedung Serba Guna (GSG) PP. Al-Anwar berlantai lima pada tahun 2004 yang diresmikan oleh Wakil Presiden RI, Bapak Dr. H. Hamzah Haz. Pada tahun 2005 dibangun Ruwaq Daruttauhid (DT) PP. Al-Anwar yang setelah selesai pengerjaannya digunakan sebagai tempat pertemuan (Multaqo) alumni Sayyid Muhammad Alawy Al-Maliky Makkah Al-Mukarromah. Hingga saat ini pembangunan secara fisik terus berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan. Pada tahun 2012 M. Telah selesai pembangunan khos baru dengan nama Darus Sunan Al-Arba’ah (DSA) kemudian disusul dengan pembangunan Khos Mathla’ul Anwar (MAR) dan Darul Iman (DI) yang diperuntukkan untuk para santri usia 15 tahun ke bawah pada tahun 2018 M.

Perkembangan pesantren yang diasuh oleh tokoh ulama’ yang sangat antipati terhadap penggunaan istilah kitab salaf dengan nama kitab kuning (karena dinilai merupakan suatu penghinaan terhadap kitab salaf) ini sangat signifikan. Grafik menunjukkan pada tahun 2022 jumlah santri Al-Anwar mencapai kurang lebih 5000 santri, yang berasal dari berbagai penjuru daerah di Indonesia, baik Jawa maupun luar Jawa. Seperti Kalimantan, Sulawesi, Lampung bahkan sampai Papua yang mana mereka berasal dari berbagai latar belakang pendidikan, mulai dari SD, MI, SLTP, SLTA sampai Sarjana.

SISTEM PENDIDIKAN

Sistem pendidikan yang diterapkan di pesantren Al-Anwar adalah sistem salaf. Dimana para santri diwajibkan mengikuti pengajian baik Masyayikh maupuyn Asatidz dengan model pendekatan melalui system bandongan (Collective Learning Process) maupun sorogan (Individual Learning Process). Dan termasuk system yang sangat ditekankan adalah dengan metode hafalan. Di samping itu, para santri diwajibkan pula untuk mengikuti Pendidikan Muhadloroh (MHD) atau Madrasah Ghozaliyah Syafi’iyah (MGS) sampai tingkat Aliyah, kemudian melanjutkan pendidikan setara perguruan tinggi, yaitu Ma’had Aly Iqna’Ath-Thalibin yang mana sebelum resmi menajdi Ma’had Aly disebut dengan istilah PPTM (Program Pasca Tamatan Madrasah) dengan jenjang pendidikan selama dua tahun.

Kegiatan lain yang harus diikuti santri adalah Mudzakaroh, meliputi Mudzakaroh Fathu al-Qorib, Fathu al-Mu’in Syarah Mahally, dll. Mudzakaroh merupakan suatu bentuk pembahasan secara spesifik pada suatu kitab yang dijadikan bahan kajian yang kemudian diimplementasikan pada permasalahan-permasalahan yang ada. Dan juga masih banyak kegiatan-kegiatan yang lain.

Menanggapi tuntutan zaman, perkembangan PP. Al-Anwar terbagi menajdi 4 model. Pertama, PP.AL-Anwar 1 yang dikhusukan bagi santri yang ingin medalami kitab-kitab salaf secara murni. Inilah pesantren yang pertama kali didirikan oleh Al-Maghfurlah K.H. Maimoen Zubair dan diasuh langsung oleh beliau sendiri.

Kedua, PP. Al-Anwar 2 yang diasuh oleh Syaikhina K.H. Abdullah Ubbab MZ sebagai wadah bagi para santri yang ingin mempelajari sains dan teknologi tanpa meninggalkan pesantren sebagai wahana untuk mendalami ilmu agama, yang telah diresmikan pada tahun 2009 oleh Prof. Dr. Ir. H. Muhammad Nuh, DEA yang menjabat sebagai menkominfo pada waktu itu. Di PP. Al-Anwar 2 ini membawahi pendidikan formal dibawah naungan LP. Ma’arif NU setingkat SD, SLTP dan SLTA dengan nama MI, MTs dan MA Al-Anwar.

Ketiga, PP. Al-Anwar 3 diasuh oleh Syaikhina Dr. K.H. Abdul Ghafur MZ sebagai wadah yang mencetak sarjana-sarjana islami. Bangunan dan Gedung PP. Al-Anwar 3 ini merupakan bantuan dari Menpora RI berupa RUSUNA (Rumah Susun Sederhana) yang kemudian diresmikan sebagai PP. Al-Anwar 3 oleh Bapak H. Djan Faridz pada tahun 2012. Didalamnya didirikan Yayasan PP. Al-Anwar 3 yang membawahi Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Anwar yang diresmikan oleh Drs. H. Suryadharma Ali, M.Si. (yang menjabat sebagai Mentri Agama) bersamaan dengan diresmikannya RUSUNA tersebut.

Keempat, PP. Al-Anwar 4 diasuh oleh Syaikhina KH. Taj Yasin MZ sebagai wadah untuk mencetak santri yang professional berbasis produksi dan kewirausahaan yang membawahi lembaga pendidikan formal Sekolah Menengah Kejuruan atau SMK yang mulai dibangun pada tahun 2018 M.

Keempat Lembaga tersebut letaknya terpisah. PP. Al-Anwar 1 terletak di Desa Karangmangu Kecamatan Sarang Kabupaten Rembang, sedangkan PP. Al-Anwar 2, 3 dan 4 terletak di Dusun Gondanrojo Desa Kalipang Kecamatan Sarang kabupaten Rembang, kurang lebih 3 KM ke arah barat dari Desa Karangmangu.

Pada tahun 2019 Al-Maghfurlah Syaikhina K.H. Maimoen Zubair rohimahullah yang menjadi pengasuh sekaligus pendiri PP. Al-Anwar berpulang ke rahmatullah. Tidak lama kemudian, atas ketetapan dari seluruh keluarga besar Al-Maghfurlah Syaikhina K.H. Maimoen Zubair rohimahullah memutuskan bahwasanya Syaikhina K.H. Muhammad Najih MZ menjadi pengganti Al-Maghfurlah Syaikhina K.H. Maimoen Zubair rohimahullah sebagai pengasuh PP. Al-Anwar 1.

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa Pondok Pesantren Al-Anwar tidaklah merubah karakter salafiyyah yang dimilikinya, akan tetapi masih getol untuk mempertahankannya, juga tidak menutup mata terhadap tuntutan zaman yang sarat dengan kemajuan dalam segala bidang, utamanya dalam bidang sains dan ilmu pengetahuan umum lainnya. Namun dalam kaitan tersebut Pondok Pesantren Al-Anwar tetap menjadikan pelajaran-pelajaran salaf sebagai pondasi utamanya sehingga merupakan menu wajib yang harus ada dalam semua tingkat pendidikan yang ada.