A: “Uh, bau apa nih? Lo ga pake parfum ya?” (sambil mencium lengan bajunya dan juga baju si B)
B: “Ah, pake ah! Enak aja lo!”
A: “Makanya, lo harus ganti parfumnya! Baunya ga enak!” (sambil ketawa kenceng)
Kalian pasti pikir B sudah mati langkah! Tapi cerita berjalan terus!
B: (ga mau kalah) “Ah, mungkin itu bau karena mulut lo terlalu dekat dengan hidung lo!”
Kalau Michael Kelso akan bilang, “Buuuuuurn!”
‘ Yaps, becanda dan ceng-cengan adalah hal yang normal di kalangan anak muda. Bagi anak-anak tongkrongan, tiada hari dilalui tanpa ngecenging teman. Kadang-kadang di dalam satu kelompok selalu ada anak yang menjadi bahan celaan. Saling mencela dapat membuat hari-hari lebih ceria, dan bisa membuat kita tertawa juga. Bahkan, sebuah kelompok tidak akan dianggap lengkap tanpa kegiatan saling mencela.
‘ Entah kenapa kegiatan saling mencela ini adalah sebuah kegiatan populer yang sudah dianggap jamak di mana-mana. Menghina teman dengan hinaan yang paling tepat buat mereka, dan membuat orang lain memihak dan menganggap celaan kita tersebut cocok dengan situasi orang tersebut, dianggap sesuatu yang lucu. Ada beberapa acara televisi yang dibuat khusus untuk memfasilitasi orang saling menghina seperti Yo Mama yang didekasikan khusus untuk menghina kaum ibu. Ini adalah kabar baik buat kamu yang punya karakter sinis dan suka menghina orang lain hahaha!
‘ Dalam sebuah kelompok tongkrongan, selalu ada yang menjadi tokoh utama tukang cela dan ada yang menjadi obyek celaan. Sialnya, yang biasanya dicela ini adalah tokoh tetap. Sekali ada orang yang malu karena dicela, itu adalah tanda bahwa dia akan terus menerus dicela. Biasanya semua anggota grup akan punya cadangan celaan terhadapnya, kapan saja, di mana saja, dalam kegiatan apapun. Orang ini pun akan sulit untuk menghantam balik karena dia harus menghadapi semua orang dalam kelompoknya. Kalau sudah begini, dia cuma bisa pasrah atau menyiapkan celaan yang sangat baik yang bisa mengalihkan perhatian kelompok dari dirinya, dengan menjadikan orang lain sebagai korban berikutnya.
‘ Bicara tentang celaan, saya jadi ingat kembali masa-masa SMA dulu di mana kepandaian anda mencela orang lain adalah cara memperoleh kepopuleran atau cara menjatuhkan orang. Kelas saya di SMA 21 Jakarta Timur dulu adalah kelas yang paling ‘ganas dalam mencela.’ Sebagai kelas terakhir di jurusan IPS, kami adalah satu-satunya kelas yang terletak di sebelah ruang guru karena kenakalan kami. Saya ingat teman saya di kelas, yang terkenal paling percaya diri, akhirnya meneteskan air mata (literally) karena kejamnya celaan yang dialamatkan ke dia. Saya sendiri tidak pernah menyangka kalau dia (teman saya itu) bisa menangis, tetapi kejamnya celaan mungkin akhirnya menghancurkan harga dirinya (saya tidak akan menceritakan kejadian traumatis itu di sini hahaha). Kalau begitu, sampai di mana sebenarnya batasan kita dalam ceng-cengan terhadap teman?
‘ Seorang teman baik saya baru-baru ini mengeluh karena dia selalu menjadi sasaran celaan dalam kelompoknya. Sebenarnya dia tidak mau menceritakannya sampai saya memaksanya bercerita. Dia bercerita bahwa dia sebenarnya merasa sakit hati dan tersinggung. Dia tahu bahwa teman-temannya tidak serius mengatakan hal-hal yang mereka lontarkan tapi tetap dia merasa tidak nyaman dengan celaan tersebut. Menurutnya yang paling tidak adil adalah ketika seluruh anggota kelompok menyerangnya dan tidak memberinya kesempatan untuk mempertahankan diri. Dia juga sering bertanya-tanya, “kenapa gw? dari sekian banyak orang kenapa selalu gw?”
‘ Well, ada beberapa penjelasan terhadap pertanyaan “kenapa gw?” Pertama, teman-teman kamu menganggap kamu terlalu percaya diri atau terlalu menonjolkan diri dalam kelompok sehingga mereka ingin ‘get even’ dengan kamu. Kedua, teman-temanmu senang melihat reaksimu yang selalu terlihat paling menderita ketika sedang dicela. Ketiga, ada beberapa orang yang sepertinya ditakdirkan untuk dicela. Pendapat saya ini kedengaran sadis, tapi ini benar. Saya selalu mendapatkan orang-orang yang sepertinya memang memiliki ‘muka celaan’, arti kasarnya setiap melihatnya kita selalu ingin mencelanya. Keempat, well, memang kamu lagi sial aja.
‘ Ada beberapa tips buat kamu yang sering dicela dan ingin menghentikannya. Pertama, berpura-puralah senang terhadap hinaan tersebut. Anggaplah mereka sedang memuji kamu dan ucapkan terima kasih. Hal ini biasanya efektif dalam menghentikan celaan. Kedua, celalah diri anda sebelum anda dicela orang lain. Artinya dahului gerakan mereka sehingga mereka tidak punya bahan celaan lain. Ketiga, seranglah the weakest link di dalam kelompok dan alihkan perhatian kelompok kepadanya. Keempat katakan kepada mereka kalau anda tidak menyukainya, tetapi jangan katakan hal ini dalam kelompok melainkan melalui pendekatan personal.
‘ Buat kamu yang suka mencela, mungkin ini saat yang baik untuk menyadari bahwa tidak semua kata-kata yang keluar dari mulut kita dianggap sebagai humor bagi orang lain. Mungkin melalui celaan kamu, teman baik kamu jadi sakit hati terhadapmu. Kalau memang kebiasaanmu mencela orang lain tidak bisa dihentikan lagi, mintalah maaf kepada korbanmu dan katakan bahwa engkau hanya bercanda. Kalau anda memang ahli, ikutlah event cela-mencela yang menawarkan hadiah, siapa tahu anda masuk teve hahaha!