Miss Sulbar Bukan “To Sulbar”

Oleh: Muhammad Ridwan Alimuddin

Senin malam, 17 Februari 2014 oleh banyak pihak dianggap hari bersejarah. Apa pasal, berjuta-juta pasang mata menyaksikan mahkota Miss Indonesia 2014 disematkan ke finalis, yang pada selendangnya tertulis, Sulawesi Barat. Ada kebahagiaan di hati rakyat Sulawesi Barat. “Wakilnya” memenangkan salah satu even yang bermuara di pemilihan wanita cantik sejagad, Miss World 2014, di London. Namanya Maria Asteria Sastrayu Rahajeng.

Jelas, ada ekspektasi atau keyakinan yang sangat tinggi. Bukankah putri dari Sulawesi Barat lebih cantik dan cerdas dari finalis yang lain? Sepertinya itu dibawa ke mimpi, dibawa ke status di Facebook. Itu nampak dari banyaknya status kebahagiaan dan ucapan selamat di Facebook bahwa Sulawesi Barat telah menjadi pemenang.

Pada saat yang sama mencuat penasaran: dari mana sang puteri itu berasal? Dari Polman, dari Majene, dari Mamasa, dari Mamuju, dari Mateng, dari Matra kah? Komentar yang menanggapi muncul satu-satu. Semuanya bernada gurauan. Ada yang bilang teman sekolah dulu, ada yang bilang dari daerah ini, ini, dan ini. Cek ricek, tak ada yang benar.

Untung sekarang hidup di jaman internet. Ada daeng Google yang begitu pintar. Masukkan saja kata kunci tertentu, muncul informasi. Ada yang terpercaya, ada yang tidak. Berdasar informasi di internet didukung pertukaran informasi sesama jurnalis (yang mana mereka mendapat informasi dari keluarga sang putri) dan informan lain, didapati fakta bahwa Maria Asteria Sastrayu Rahajeng bukanlah orang Sulawesi Barat!

Juga bukan orang yang keduanya atau salah satunya berasal dari Sulawesi Barat untuk kemudian besar di luar. Nyaris tak ada sejarah hidupnya yang berkaitan dengan Sulawesi Barat.

Ayah Maria Rahajeng (demikian nama panggilannya) bernama Christoporus Harno, ibunya Maria Ekawati. Maria memiliki saudari kembar yang bernama Elizabeth Rahajeng, dan adik bernama Agnes Rahajeng.

Maria lahir di Blora, Jawa Tengah pada tahun 1991. Sejak kecil Maria tinggal di California, Amerika Serikat. Taman kanak-kanaknya diselesaikan di Redlands Kindergarten, lalu lanjut ke Smiley Elementary School dan Newmarket Jr Highschool. Mari menyelesaikan sekolah menengah pertamanya di SMP St. Yoseph Denpasar, Bali untuk kemudian SMA Negeri 1 Denpasar. Tamat SMA, lanjut ke Universitas Pelita Harapan Jakarta, Jurusan Komunikasi. Dia lulus predikat cum laude dengan IPK 3,7.

Di perguruan tingginya, Maria mendapat prestasi sebagai Miss Universitas Pelita Harapan 2009, Miss Campus di Jepang 2012 dan sebagai Indonesian Delegate di APEC Voice of The Future 2013.

Beberapa informasi mengatakan bahwa awalnya Maria akan mewakili Bali dalam pemilihan Miss Indonesia. Tapi karena sudah ada wakil dari Bali, oleh panitia Miss Indonesia, disarankan pakai asal Sulawesi Barat saja. Sebab tidak ada perwakilan dari Sulawesi Barat yang akan ikut. Maria sempat tidak bersemangat ikut. Alasannya dia tidak menguasai materi provinsi yang akan diwakilinya. Belakangan dia mau berkat dukungan keluarga.

Menurut informasi dari Bapak Anwar Adnan Shaleh kepada jurnalis di Mamuju kemarin (18/2), orang tua Maria yang bekerja sebagai pengacara menelponnya, untuk meminta ijin sebagai perwakilan Sulawesi Barat. Sebab tujuannya untuk membantu mempromosikan Sulawesi Barat, bapak gubernur mengiyakan. Apakah keluarga Maria atau Maria pernah menginjakkan kaki di Sulawesi Barat? Sepertinya tidak.

Belakangan, Maria memenangkan pemilihan Miss Indonesia 2014. Dia mengalahkan dua pesaing utamanya, Ellen Rachel asal Papua Barat dan Hanna Sugialam asal Jawa Timur. Ellen sendiri akhirnya didaulat sebagai Runner Up 1, sementara Hanna Sugialam sebagai Runner Up 2.

“Ini merupakan malam yang luar biasa. Saya sangat bangga dan bahagia. Saya akan melakukan yang terbaik di Miss World nanti dan ingin menunjukkan betapa luar biasanya negara kita,” ujar Maria usai Malam Puncak Miss Indonesia 2014, di Hall D2 JIExpo Kemayoran, Jakarta, Senin (17/2) malam.

Finalis yang meraih gelar atribut adalah Olivia Belle Utomo asal DKI Jakarta (Miss Kulit Cantik), Olivia Pramaisella dari Bangka Belitung (Miss Social Media), Jesslyn Anggasta Hardi asal Riau (Miss Online), Hanna Sugialam asal Jawa Timur (Miss Lifestyle), Siti Anida Lestari asal Jawa Barat (Miss Chatting), Ellen Rachel asal Papua Barat (Miss Persahabatan) dan Diana Joyo Rachmi asal Kalimantan Barat (Miss Favorit).

Berdasar penelusuran di internet, khususnya di beberapa media sosial yang mana Maria ikut aktif di dalam, tidak ada bukti (kata atau foto) yang mengindikasikan Maria pernah ke Sulawesi Barat. Di blog mariaandelizabeth.blogspot.com/ berisi foto-foto Maria dalam berbagai pose, bak seorang model, baik berlokasi di Indonesia maupun di luar negeri. Tapi tak satu pun di Sulawesi Barat. Demikian juga di instagram.com/mariarahajeng dan twitter.com/mariarahajeng.

Malah, beberapa  foto di Instagram, posenya cukup menantang. Mulai dari mengenakan bikini kala berjemur, pamer paha dan pantat (difoto dari belakang tapi tetap mengenakan bikini), hingga pamer celana dalam dan BH. Oleh beberapa orang Mandar atau Sulawesi Barat yang melihat foto-foto tersebut, berpendapat bahwa itu tidak mencerminkan seorang wanita Sulawesi Barat apalagi wanita Mandar.

Sebenarnya foto demikian relatif. Mungkin sebagian mengaggap biasa-biasa saja. Tapi ketika sosok Maria diindentikkan sebagai putri Sulawesi Barat, maka itu berbeda. Bukan apa-apa, di daerah kita, yang masih menjunjung nilai-nilai ketimuran, khususnya prinsip siriq, prilaku seperti itu untuk kemudian diumbar ke umum (media sosial bukan lagi wilayah privat) sangat tidak sesuai.

Sebab Maria sudah dianggap sebagai wakil Sulawesi Barat dan menjadi pemenang Miss Indonesia 2014, ke depan dia harus memperbanyak wawasan tentang daerah ini dan datang ke sini untuk kemudian mengenalkan Sulawesi Barat ke Indonesia dan dunia.

Dan, jika memang Sulawesi Barat menganggap tak apa-apa Maria menjadi wakil kita, segala konsekuensi harus kita terima. Tidak hanya efek karena mempromosikan daerah kita, tapi juga dampak lain. Misalnya, akan ada anggapan bahwa wanita-wanita Mandar dengan mudahnya mengumbar tubuhnya; bahwa kita permisif (mengijinkan) pada prilaku yang tidak sesuai dengan adat istiadat kita.

Apakah di daerah, yang katanya malaqbiq ini, tak ada lagi wanita-wanita yang lebih terhormat? Apakah mereka harus pintar beberapa bahasa asing, molek tubuhnya, ber-IPK tinggi, pintar main piano untuk bisa dijadikan sebagai wanita terbaik kita? Apakah kita begitu gila kehormatan sehingga kehormatan yang lebih berharga kita nafikan?

Share Button

Related Stories »

2 comments on Miss Sulbar Bukan “To Sulbar”

  1. / Reply

    Nah ini dia… Betul sekali hal itu. Bahkan bisa merusak martabat Sulbar :)

  2. / Reply

    wah,,kacau nih..saya yang orang bugis saja merasa malu,,apalagi orang mandar asli pasti lebih malu lagi

Tinggalkan Balasan

Alamat surel Anda tidak akan dipublikasikan. Isian wajib ditandai *

Anda dapat memakai tag dan atribut HTML ini: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>

  • Ahmad Dahlan (7 hari ago)
    setuju banget yang ini...memang cewek dengan rambut yang panjang lebih…
  • Ahmad Dahlan (7 hari ago)
    wah,,kacau nih..saya yang orang bugis saja merasa malu,,apalagi orang mandar…
  • Lihin (2 weeks ago)
    Nah ini dia... Betul sekali hal itu. Bahkan bisa merusak…
  • Susilawati (3 weeks ago)
    Ya, tenaga media juga memebrikan penyuluhan agar bayi prematur tidak…
  • Hamli Syaifullah (3 weeks ago)
    Salam! Maaf Pak, saya Mahasiswa Pasca Sarjana Sekolah Tinggi Ilmu…
  • Samsul (4 weeks ago)
    Kayaknya lebih condong ke pejabatnya...he..he...
Close