Hama Rhynchoporus ferrugineus Oliver Pada Tanaman Kelapa

Rhynchoporus ferrugineus (Coleoptera : Curculionidae) merupakan salah satu jenis hama yang merugikan tanaman kelapa. Hama merupakan salah satu faktor penyebab rendahnya produksi kelapa di Indonesia baik secara kuantitas maupun kualitas. Fakta di lapang sering ditemui adanya hambatan dalam upaya meningkatkan produksi kelapa karena terjadi perubahan siklus serangga hama pada tanaman kelapa. Hama Rhyncopurus ferrugineus  akhir-akhir ini banyak menyerang pertanaman kelapa petani di Jawa Timur, Maluku, dan Sulawesi. Hama Rhynchophorus ferrugineus  menyebabkan kerusakan tanaman kelapa dan pada akhirnya dapat mengakibatkan tanaman mati. Selain tanaman kelapa, tanaman inang hama ini adalah tanaman kelapa sawit, kurma, sagu, aren dan tanaman palem lainnya.

Rhynchophorus ferrugineus menyerang tanaman kelapa mulai dari tanaman muda sampai tanaman berproduksi di lapangan. Hama ini menyerang dan merusak bagian titik tumbuh (pangkal tajuk tanaman), menyebabkan tajuk tanaman yang terserang patah terkulai karena pangkal tajuk tanaman telah rusak akibat lubang bekas gerekan hama R. ferrugineus ini. Liang bekas gerekan hama R. ferrugineus akan terlihat keluar lendir berwarna merah coklat. Pada tanaman muda, kumbang dewasa melubangi bagian  pangkal tanaman atau bagian titik tumbuh sehingga mengakibatkan bagian  pelepah  daun  rusak dan pelepah terkulai, sedangkan  pada tanaman  dewasa,  kumbang   melubangi  pelepah  termuda  yang belum  terbuka.

Biologi Rhynchophorus ferrugineus. Telur Rhynchophorus ferrugineus menetas dalam 2-3 hari. Larva memakan tunas batang muda. Periode larva berlangsung 41-78 hari (rata-rata 63 hari). Pupa berlangsung 15-27 hari (rata-rata 19,5) hari dalam 30 ° C dan 80% R.H. Lama hidup kumbang 120-168 hari (El-Bishry et al., 2000).

Gambar 1. a dan b) pelepah tanaman kelapa yang terserang Rhynchophorus ferrugineus

 

 

Gambar 2. a) Imago Rhynchophorus ferrugineus, b) larva Rhynchophorus ferrugineus dalam pelepah tanaman kelapa, c) pupa Rhynchophorus ferrugineus dalam pelepah tanaman kelapa

 

Pengendalian dengan cara sanitasi yaitu membersihkan kebun dan memotong serta memusnahkan pohon kelapa yang sudah mati agar tidak menjadi sumber untuk perkembangbiakan hama ini.  Pengendalian secara hayati  dengan memanfaatan musuh alami, baik predator, parasitoid, maupun patogen serangga merupakan merupakan salah satu alternatif pengendalian hayati hama kelapa R. ferrugineus  (Coleoptera : Curculionidae) yang dapat dilakukan dan relatif aman, ramah lingkungan dan berkelanjutan atau bersandar pada pemanfaatan sumberdaya alam. Selain itu pengendalian ini mudah diadopsi oleh petani, murah dan ramah lingkungan. Sistem pengendalian hama secara hayati oleh musuh alami merupakan suatu sistem yang biasa terjadi di alam. Kelompok musuh alami dari parasitoid, predator dan entomopatogen merupakan agens pengendalian hama yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Keseimbangan alami terjadi akibat adanya interaksi antara tanaman, hama, dan musuh alami. Parasitoid, predator, dan entomopatogen merupakan salah satu kelompok musuh alami yang berperan dalam membantu pertahanan tanaman. Mekanisme pertahanan tanaman melibatkan organisme lain dalam pertahanan tanaman melalui rekrutmen musuh alami karena musuh alami mampu mengendalikan hama secara spesifik di lapangan.

Beberapa musih alami Rhynchophorus ferrugineus diantaranya adalah Cytoplasmic polyhedrosis virus (CPV), Heterorhabditis indicus,  Hypoaspis, Praecocilenchus ferruginophorus, Scolia erratica, Steinernema carpocapsae, Steinernema riobravis, Chelisoches morio, Metarhizium pingshaense.

Satu hal penting selain pengendalian untuk meningkatkan produktivitas kelapa diperlukan tindakan pengelolaan serangga hama R. ferrugineus  sedini mungkin untuk mengantisipasi agar tidak terjadi eksplosi hama ini. (Novalisa Lumentut, 2018)

Print Friendly