Berita Lama: SOSOK TENGTENG GINTING – Cocok Dicontoh Balon Bupati Karo

1
402

Oleh: Bastanta P. Sembiring

Di masanya, Tengteng Ginting cukup populer di kalangan Suku Karo dan warga Deliserdang (baik Karo maupun bukan Karo) serta warga Sumut umumnya. Beliau adalah Bupati ke 8 Kabupaten Deliserdang (1979 – 1984). Sosok yang ramah, merakyat dan mudah bergaul, baik dengan masyarakat bawah maupun dengan sesama pemimpin daerah di Sumut.

Sedikit sekali memang informasi yang dapat kita cari tentang beliau di laman internet.

Tetapi jasa-jasanya untuk memajukan masyarakat sangat dirasakan oleh banyak warga di wilayahnya. Juga kepeduliannya untuk kemajuan sukunya (Karo) dan kekristenan di Sumatera Utara, khususnya Deliserdang.

Dalam tulisan ini, saya mencoba mengungkap beberapa cerita tentang beliau dari berbagai sumber di masyarakat. Memang sangat minim, maka itu saya anggap ini sebagai pembuka tirai untuk kelak ada yang lebih kompeten membuka jendela atau pintu menuju biografi beliau yang lebih kompleks, baik oleh keluarga, sahabat, mantan pegawainya, atau sarjana yang meneliti tentang riwayat beliau. Untuk dapat dibagikan ke generasi muda bangsa ini, terkhususnya lagi bagi generasi muda Suku Karo.

Dari seorang pensiunan PNS (Pegawai Negeri Sipil), saya mendapatkan informasi kalau di masa jabatan Bupati Tengteng Ginting, banyak pemuda dan pemudi Kristen dan Katolik direkrut untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan.

Tidak sedikit dari mereka yang mengikuti pendidikan dan pelatihan itu kemudian diangkat menjadi PNS (Pegawai Negeri Sipil) untuk formasi Guru Agama Kristen dan Katolik. Banyak acara dan kegiatan kekristenan yang diadakan di Kabupaten Deliserdang.

Beliau juga tidak jarang mau aktif secara langsung dalam pembangunan rumah ibadah, termasuk pembangunan gereja. Dan kegiatan-kegiatan sosial dan budaya.

Itulah sedikit bentuk kepeduliannya terhadap kekristenan di Deliserdang. Padahal saat menjabat bupati, beliau bersetatus seorang muslim.

Dari informasi yang saya peroleh, beliau sempat berpindah agama untuk memuluskan langkahnya menjadi Bupati di Deliserdang dan setelah masa jabatannya berakhir beliau kembali ke kepercayaannya semula dan kembali aktif melayani dan menyendang gelar Emeritus saat purna tugas pelayanan.

Bersama sahabatnya Tampak Sebayang yang kala itu menjabat Bupati Kabupaten Karo (1969 – 1980), mereka berdua sepakat untuk membuka jalan Deliserdang – Karo via Rumah Liang di Deliserdang serta Serdang dan Tiga Jumpa di Kabupaten Karo (1979). Lanjut dengan pembangunan Tugu Juang 45 di Rumah Liang (Deliserdang) (1981).

Pembukaan jalan ini tentunya selain untuk kepentingan laju transportasi manusia dan barang antara kedua kabupaten, juga berkaitan dengan kemajuan masyarakat setempat yakni masyarakat Suku Karo. Sekalian mempermudah hubungan dan mempererat tali persaudaraan antara masyarakat Karo di Jahé (hilir) dan di Gugung (dataran tinggi).

Ada lagi 2 cerita menarik yang saya dapat dari beberapa tua-tua di Kecamatan Namorambe tentang sosok dan sepak terjang Tenteng Ginting ini di Namorambe.

Pertama, diceritakan, satu ketika Bupati Tengteng Ginting mendengar kalau di Namorambe perjudian khususnya dadu putar mewabah. Meresahkan masyarakat, khususnya pernandén. Ada juga laporan kalau aparat keamanan dan pejabat pemeritahan turut terlibat.

Mendengar itu, Bupati Tenteng Ginting tidak hanya diam atau perintah sana sini bawahannya, tetapi dia turun langsung dan melakukan satu hal yang tak terduga.

Diceritakan, dengan menyamar dia datang ke lokasi perjudian dan berbaur dengan orang-orang di sana. Beberapa saat kemudian, saat semua asik bermain, tiba-tiba dia menggulung kain tempat som (uang taruhan) dan alat judi. Sontak orang-orang terkejut dengan tindakannya.

Tetapi, beberapa orang di sana kemudian mengenal siapa dia dan mereka saling berbisik. Mengetahui itu Bupati Tenteng Ginting, ada yang kabur pelan-pelan, ada yang sontak berlari dan ada yang tidak berani bergerak.

Gua umang Limau Mukur (Deliserdang)

Kisah Bupati Tenteng Ginting menghentikan perjudian di wilayah yang dipimpinnya ini dulu sangat populer saya dengar saat masih duduk di bangku SD.

Ke dua, masih cerita dari tua-tua di Namorambe. Pernah satu ketika beliau diundang satu denominasi gereja di Namorambe di acara pengumpulan dana pembangunan gereja. Biasa ada beberapa orang menghindar dan belum pun selesai ibadah sudah pulang untuk menghindari acara pengumpulan dana.

Gua Umang (Batu Kemang) Sembahe (Deliserdan)

Ada juga memang yang punya kebiasaan keluar masuk ruang ibadah, biasanya untuk merokok. Tentu ini sangat mengganggu kekhusukan ibadah.

Mengetahui ini lazim terjadi. Saat itu Bupati Tenteng Ginting tidak duduk di kursi kehamaten (kehormatan) di depan, tetapi dia pilih duduk di pintu utama gedung itu. Tentunya melihat sang bupati duduk di sana orang-orang tidak berani (segan) untuk lalu lalang. Jadi tenanglah suasana ibadah dan lanjut ke acara pengumpulan dana saat itu.

Itulah beberapa cerita yang pernah saya dengar tentang sosok dan sepak terjang dari bupati ke 8 Kabupaten Deliserdang dari berbagai sumber. Sosok yang benar-benar menunjukkan karya nyatanya bukan hanya bicara atau sekedar perintah sana-sini dan nantinya menyalahkan bawahannya. Sosok yang unik dan patut dicontoh oleh calon-calon pemimpin bangsa ini.

Mejuah-juah Indonesia!

Daftar Bupati Deli Serdang

No Gambar Nama Awal masa jabatan Akhir masa jabatan Wakil Keterangan
1. M.S. Hamidjojo 1946 1947
2. R. Sampurno Kolopaking 1947 1951
3. Wan Omaroeddin Baros 1952 1954
4. Abdullah Eteng 1958 1963
5. Abdul Kadir Kendal 1963 1970
6. Baharoeddin Siregar 1970 1978
7. Abdul Muis Lubis 1978 1979
8. Tenteng Ginting 1979 1984
9. H Wasiman 1984 1989
10. Ruslan Mansyur 1989 1994
11. Maymaran NS 1994 1999 Rayo Usman Harahap
12. Abdul Hafid 1999 2004 Rayo Usman Harahap
13. Amri Tambunan 2004 2014 -Yusuf Sembiring
-Zainuddin Mars
Menjabat Dua Periode
14. Ashari Tambunan 2014 Petahana Zainuddin Mars

Advertisements

1 COMMENT

  1. Artikel penting sebagai sejarah dan kepemimpinan daerah.

    “Beliau adalah Bupati ke 8 Kabupaten Deliserdang (1979 – 1984). Sosok yang ramah, merakyat dan mudah bergaul, baik dengan masyarakat bawah maupun dengan sesama pemimpin daerah di Sumut.” Inilah kelebihannya, dan umumnya terdapat di pribadi orang Karo. Walaupun begitu, kemudian (untuk selama-lamanya) tidak terpakai lagi di Deli-serdang maupun di Sumut. Ada apa?
    Karo introvert bisa berada didepan pada zamannya. Kemudian selanjutnya digantikan oleh extrovert Batak/Mandailing. Bagi suku-suku Sumut tidak ada salahnya kalau mempelajari cara pikir,kultur dan adat istiadat tiap suku bangsa di Sumut. Ketinggalan Karo sebagai suku terletak dalam introversinya. Keunggulan introversi Karo harus lebih di’extroversi’kan, dengan demikian tidak akan terlawan keunggulannya. Keunggulan ‘kedalam’ harus dikeluarkan. Sekali lagi bukan untuk mengalahkan siapa-siapapun, tetapi untuk bisa membawa maju bersama nation besar ini. Keunggulan ‘kedalam’ yang luar biasa itu harus dikeluarkan, disalurkan dan dimanfaatkan demi nation ini.
    Tiap suku bangsa punya tugas ini, tiap suku bangsa mempeajari dan saling mempelajari kekurangan dan kelebihannya. Sekali lagi demi NATION INDONESIA ini. Mejuahjuah

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.