Yogyakarta, 20 November 2019 – Di luar program-program yang dikompetisikan di Jogja – NETPAC Asian Film Festival (JAFF) 14 ‘Revival’, terdapat beberapa film yang lolos kurasi sebagai film non-kompetisi. Salah satu program film non-kompetisi adalah Layar Komunitas. Total 15 film tergabung dalam Layar Komunitas, di antaranya, BBBBB, Shitpost, Suburbia, Yang Sudah, Sudah, Back Up!, Others or ‘Rust en Orde’, Angin Pantai Sanleko, Sunny Side of the Street, Lamun Sumelang, Edelweiss, TV Hanyar, Kentut, Kiwa, Bella; Perempuan di Kamar No. 2, Repost, dan One of Those Murder.

Program Layar Komunitas kali ini mencoba untuk merespon perkembangan film pendek Indonesia yang memiliki potensi besar dalam lingkup yang lebih luas. Pasalnya, platform untuk film pendek tidak sebanyak film mainstream lainnya. Dana besar dibutuhkan untuk menembus pasar nasional, padahal film pendek banyak datang dari sineas yang mendanai karyanya secara pribadi. Festival film menyuguhkan ruang bagi karya-karya luar biasa anak-anak bangsa ini, agar sebuah sinema tidak hanya dibuat dan dinikmati sendiri tetapi bisa memberikan pendidikan dan hiburan bagi masyarakat.

Dari 15 film yang diputar pada program ini, penayangan dibagi atas empat sesi. Sesi pertama, berjudul Layar Komunitas 1, menayangkan lima film karya sineas Indonesia. BBBBB, disutradarai oleh Paul Manurung, menceritakan sosok Azzam Fi Rullah yang bersekongkol dengan beberapa temannya membuat film yang bodoh dan buruk. Shitpost, karya Wimar Herdanto yang bercerita tentang Zakaria seorang freestyler motor, sedang dilanda kebingungan ketika ia dipaksa menjadi seorang Youtuber atas keinginan Nurul  kekasihnya yang jauh lebih muda dibandingkannya. Suburbia, karya Winnie Benjamin tentang belahan jiwa yang ditentukan dari hasil tes darah oleh pemerintah dimana membuat Jon dan Vio harus menerima segala konsekuensi yang mereka pilih. Yang Sudah, Sudah, karya Zhafran Solichin tentang Jepri seorang sutradara muda yang membuat film tentang cerita-cerita Ibu. Namun ibunya selalu mendebat keputusan Jepri. Back Up!, disutradarai oleh Wawan I. Wibowo, sebuah film doku-drama yang menyuguhkan tentang rutinitas dan alur kerja editor film pada era seluloid, tape to tape, hingga era digital seperti sekarang ini, beserta tantangan apa saja yang pernah dihadapai oleh beberapa sosok editor film ternama Indonesia.

“Pengalaman para editor sendiri dalam melakukan back up data menjadi hal yang paling menakutkan, tapi kalo diingat malah geli sendiri. Jadi intinya kalau mau bikin film sebagus apapun kalo data film nya hiang, ya selesai. Harapannya para calon sineas di sini, sayangilah editor kalian. Dia kunci terakhir sebelum ke penonton, jembatan ke penonton”, ungkap Wawan I Wibowo, sutradara film Back Up!.

Hampir sama seperti layaknya program Open Air Cinema, film-film yang tergabung dalam Layar Komunitas disaksikan di luar bioskop konvensional. Layar super besar dipasang di sebuah ruangan outdoor, penonton dapat menikmati film baik duduk ataupun lesehan. Tak hanya itu, total sebanyak 327 penonton yang hadir  dapat menikmati semua film tanpa harus mengeluarkan biaya. Seperti salah satu penonton yang bernama Andriana Ajeng dari Komunitas Film Kupang melihat kelima film memiliki genre dan ciri khas yang berbeda. Namun, salah satu film yang menarik perhatiannya adalah Yang Sudah, Sudah karena dia bisa belajar psikologis sutradara dalam set. “Saya bisa belajar bagaimana Zhafran (sutradara) bisa memposisikan diri sebagai sutradara dan orang yang mengalami ceritanya,” jelasnya.